HYPOCRITE

Apakah saya hypocrite?

ketika aku berjalan menuju pusat perbelanjaan, seseorang memandangku sehingga menghentikan langkahku. Sebenarnya apa yang ada di pikirannya tentang aku saat itu, pandangan yang memecahkan pikiran awalku untuk pergi kesuatu tempat yang aku inginkan, hatiku berkata orang ini mau berbuat tidak senonoh dengan ku, apa hanya ingin mencela apa yang menempel dibadanku, atau hanya iseng atau entahlah, pikiran ku makin bertambah runyam.  yang kemudian membuat langkahku sepanjang jalan menuju pusat perbelanjaan terabaikan,aku hampir lupa tujuan awal aku pergi kesana,karena gusar memikirkan apa yang orang itu pikirkan. dan seusai urusan itu terlaksana aku masih saja memikirkan apa yang telah terjadi kepadaku.
Beberapa hari setelah itu, aku kembali bertemu dengan orang yang bersikap aneh dlm cara iya memandangku, namun berbeda dengan orang yg pertamaku temui, yang kali ini kami sempat bercakap,
A sebagai dia yang ku temui
B sebagai aku di percakapan

A : maaf mba, jilbabnya kok bisa begitu?
B : Begitu bagaimana ya, maksutnya?
A: Iya mba, teralu lebar dan tidak bgtu rapih. (sambil melempar senyum)
B : Oh, jadi mas heran dengan jilbab ku ini. (membalas senyum)
A: iya mba, selain itu pakaian yg terlalu panjang yang mba kenakan terlihat seperti baju pinjaman. Kembali melempar senyum namun bermaksut lain.
B : oh, jadi mas berpikir seperti itu. Ini benar baju saya kok mas, saya tidak memakai baju pinjaman dari orang lain. ini memang terlihat aneh, saya pun menyadarinya namun ini sudah menjadi kewajiban saya memakai pakaian yyang seperti ini. Karena islam mengajarkan pakaian yang tertutup untuk kami para wanita.
A : Iya mba, biasanya saya juga sering lihat orang yang berlalu lalang di pelataran ini namun jarang ada yang berpenampilan seperti mba ini.
B : Iya mas, ini pakaian saya memang berbeda, iya wajar saja mas heran, karena masih jarang ada wanita yang mau memakai pakaian yang seperti ini.
A : iya mba, saya Cuma terheran saja dengan mba, apa tidak panas memakai pakaian yang seperti itu di tambah jilbab yang terlalu tebal dan lebar ?
B: Iya, rasanya memang bgtu mas. Kan memang udaranya juga bgtu. Jadi terbawa panas
A : kalau gak nyaman ya biasa aja lah mba. Kaya orang orangan sawah gtu jadinya. Hehe senyum makin melebar.
B : INSYA ALLAH saya nyaman kok mas.
A : Kalo nyaman kenapa masih ngeluh panas, nyalahin cuaca. Ya kaya saya ini loh mba, biasa aja .!
B: saya enggak ngeluh mas, kan mas sendiri yang nanya saya jawab apa adanya.
A : iya kalau gak ya yang penting kelakuan baik, sopan udah mba. Enggak usah seperti itu juga malah nanti buat mba susah, jadi manusia yg suka mengeluh Cuma karena pengen terlihat baik. Tapi malah makin aneh sendri.
B : enggak mas, enggak papa.. Sambil melempar senyuman dan pergi meninggalkan orang itu..

Sedikit penjelasan dari ane,
seseorang itu menanyakan tentang jilbab yang aku pakai. Sepertinya Dan dia menganggap bahwa aku adalah seorang hypocrite. hypocrite adalah seseorang yang berpura-pura mengerjakan sesuatu berkaitan dengan agama, kepercayaan, atau yang sama seperti itu, akan tetapi dia sendiri sebenarnya tidak ingin melakukannya. dia hanya ingin terlihat lebih alim, baik, dan berpikiran baik lain di mata masyarakat. dia sendiri, tidak seperti itu!
walaupun aku menjelaskan kepada orang itu, bahwa aku memakai jilbab karena aku aware, dengan kesadaran yang tinggi akan apa yang aku putuskan. walaupun aku membela diri bahwa aku bukan hypocrite, seperti kata dia, tapi tetap saja kata-katanya membekas di pikiranku. apa benar, di dalam diriku, ada sisi itu? hypocrite?
Dan aku teringat kata-kata ustadzah sewaktu pertemuan di bulan ramadhan, bahwa, kita sering melupakan pertanyaan mendasar dalam diri kita. semisal, jika kita tidak terlahir dari keluarga muslim, apa benar kita akan memeluk islam sekarang? mengapa kita shalat setiap hari? apakah itu adalah suatu kebiasaan karena kita melakukannya dari kecil atau itu adalah sesuatu yang full aware dari dalam diri kita? pertanyaan mendasar jarang kita tanyakan dalam diri kita karena kita anggap itu adalah sesuatu yang biasa dan sudah tertanam by default di dalam diri kita. 
kata-kata orang di percakapan tadi itu, membuatku bertanya-tanya tentang ibadahku, keseharianku, kebiasaanku. apa benar aku masih melakukan sesuatu tanpa aku tahu alasannya? hanya karena kebiasaan yang sudah aku lakukan selama bertahun-tahun? apa benar aku memakai jilbab karena aku sadar bahwa Allah memberikan banyak makna dibalik jilbab ini? ataukah aku hanya ikut-ikutan dan hanya sekedar memakainya agar terlihat lebih alim, baik, dan lain-lain? apakah benar aku di luar terlihat baik, alim, tapi ketika aku sendiri dan tidak ada orang lain, aku melakukan perbuatan yang tidak disukai Tuhanku? Apa aku hypocrite seperti kata orang itu?
Sungguh, jika kita menginginkan permata yang indah berkilau-kilau, maka kita harus memiliki banyak uang dan pengorbanan untuk mendapatkannya. Sama halnya. Harga surga dan pertemuan dengan Allah itu mahal. Banyak pesaing lain di muka bumi ini yang mereka bahkan lebih baik. Aku ingin melakukan semua ibadah dengan hati dan pikiran. Bukan dengan kebiasaan. Aku tidak mau termasuk orang-orang yang hypocrite!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

HIV AIDS

KATA PENGANTAR

              Kami mengucapkan segala puji syukur kehadirat allah swt atas terselesainya makalah sistem imun ,tentang Anatomi fisiologi sistem imun.
 Tanpa ridha dan kasih sayang serta petunjuk dari-Nya tidak mungkin makalah ini dapat terselesaikan .
Selaras dengan maksud pembelajaran ini , makalah ini difokuskan pada upaya pengembangan kemampuan pemahaman tentang anatomi fisiologi persyarafan. Sajian materi yang bersifat otentik , yakni yang bersumber dari media cetak , dan jaringan informasi di dunia maya ( internet ), diharapkan dapat berguna untuk semua pihak yang menggunakan makalah ini.
Makalah ini hanyalah alat bantu yang tidak dapat bekerja sendiri , tanpa usaha keras dari sumber daya manusia . Agar dapat dipahami dengan baik diperlukan adanya ketekunan, keterampilan, dan kemauan untuk selalu menggali setiap modul yang tersedia.
Akhir kata , kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Sistem imun, untuk tugas yang telah diberikan pada kami sebagai pembelajaran secara berkelompok .
Kami sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari sejumlah kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan saran dan tanggapan untuk penyempurnaan makalah ini .



Bandar Lampung,  12 Oktober 2012



Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................
BAB I ( PENDAHULUAN )
1.1Latar Belakang ................................................................................................................................
1.2Tujuan..............................................................................................................................................
BAB II ( PEMBAHASAN )
2.1Pengertian sistem imun dasar imunitas atau kekebalan..............................................................
2.1.1 jenis imunitas.............................................................................................................................
2.1.2pertahanan sistem imun..............................................................................................................
2.1.3 stadium respon imun.................................................................................................................
2.1.4 faktor yang mempengaruhi fungsi sistem imun.........................................................................
2.2 menjelaskan gangguan pada sistem imun..................................................................................
2.2.1 Autoimun ..................................................................................................................................
2.2.2 Bullous pemphigoid..................................................................................................................
2.2.3 imunodefisiena........................................................................................................................
2.3 penatalaksanaan gangguan imun .............................................................................................
BAB III ( PENUTUP)
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................................





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Lingkungan kita mengandung bermacam-macam agen infeksi, seperti virus, jamir, dan parasit dengan ukuran , bentuk, sifat yang berbeda-beda. Banyak dari agen ini yang dapat menyebabkan kerusakan patologis dan akhirnya membunuh hospes jika penyebarannya tidak dihambat. Pada individu normal, sebagian besar infeksi berlangsung dalam waktu terbatas dan menyebabkan sedikit sekali kerusakan permanen karena sistem imun melawan agen infeksi dan mengendalikan atau melenyapkannya sebelum mendapatkan tempat berpijak.

Akhir-akhir ini kita juga mendengar bahwa penyakit infeksi semakin tinggi angka kejadiannya. Baik itu yang disebabkan oleh mikroorganisme asing maupun terjadi gangguan pada system imun hospes sendiri. Selain penyakit, kasus-kasus alergi juga semakin banyak, entah itu karena bahan kimia, makanan, ataupun hal yang lain. Namun, tubuh hospes sendiri sudah dilengkapi oleh sederetan mekanisme pertahanan yang bekerja sebagai payung protektif untuk mencegah mikroorganisme masuk dan menyebar di seluruh tubuh. Dan semua kejadian ini berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh yaitu sistem imun. Perlu diketahui bahwa fungsi primer sisitem imun adalah melenyapkan agen infeksi dan meminimalkan kerusakan yang terjadi.
Oleh karena itu, kelompok berpendapat bahwa sangat penting untuk mempelajari sistem imun, yang meliputi anatomi fisologinya, penatalaksanaan, dan macam-macam gangguan pada sistem imun.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui anatomi fisiologis dari system imun
b. Mengetahui konsep dari gangguan system imun
- Autoimun
- Imunodefisiensi
- Hipersensitifitas
c. Mengetahui penatalaksanaan dari setiap gangguan dari system imun.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1.1 Menjelaskan Sistem Imun Dasar Imunitas atau kekebalan
            Sistem imun adalah sistem mekanisme pada organism yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis  luar dengan mengidentifikasi dan membunuh pathogen  serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus, sampai parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme. Untuk dapat masuk ke dalam jaringan tubuh, benda asing harus melewati beberapa penghalang, antara lain kulit, membrane mukosa, protein antimikroba, sel fagosit, dan limfosit.

a)  Fungsi sistem imun:
Description: http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/hs242.snc6/179090_177352732302007_100000818459219_336518_6734746_n.jpg

Kesehatan kita dipengaruhi langsung oleh Sistem Imun / Sistem Kekebalan Tubuh. Sistem Imun adalah sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit. Sebuah sistem dalam tubuh kita yang memiliki peran vital bagi kelangsungan hidup kita.





fungsi penting yang harus dimiliki sistem
  1. Kemampuannya untuk mengenali benda-benda asing seperti bakteri, virus, parasit, jamur, sel kanker, dll. Fungsi ini sangat penting, karena harus bisa membedakan mana kawan ( bakteri yang menguntungkan dan sel tubuh yang baik ) mana lawan ( virus, bakteri jahat, jamur, parasit, radikal bebas dan sel-sel yang bermutasi yang bisa menjadi tumor/kanker ) dan mana yang orang biasa ( alergen, pemicu alergi ) yang harus dibiarkan lewat.
  2. Bisa bertindak secara khusus untuk menghadapi serangan benda asing itu
  3. Sistem Imun mengingat penyerang-penyerang asing itu ( rupa & rumus kimiawi antibodi yang digunakan untuk mengalahkan mereka yang disimpan didalam Transfer Factor tubuh ) sehingga bisa dengan cepat menolak serangan ulang di masa depan.
Sistem imun yang sehat adalah sistem imun yang seimbang yang bisa meningkatkan kemampuan tubuh dalam melawan penyakit.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn9OGuBsNGLsBX-vhI1yLNIbuhKZJfFsKegXr8wipzs-ZHx2g6DN4-J5tXFdlyDUth742ojKsKPrgWJ__2NQef4fqql5vmixZrxcmujRyCswax-qaTB-KuOcv2YwY85G5G0ae2-CoIYvEZ/s640/kebal.jpg




1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh
2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak (debris sel) untuk perbaikan jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

b) Tipe sistem imun
Secara umum sistem imun manusia terbagi dalam dua, yaitu : alamiah dan adaptif (spesifik). Sistem imun alamiah terentang luas, mulai dari air mata, air liur, keringat (dengan pHnya yang rendah/asam), bulu hidung, kulit, selaput lendir, laktoferin dan asam neuraminik (pada air susu ibu), sampai asam lambung termasuk di dalamnya. Secara lebih mendetail di dalam cairan tubuh seperti air mata atau darah terdapat komponen sistem imun alamiah yang antara lain terdiri dari fasa cair seperti IgA (Imunoglobulin A), Interferon, Komplemen, Lisozim, ataupun c-reactive protein (CRP). Sementara fasa seluler terdiri dari sel-sel pemangsa (fagosit) seperti sel darah putih (polymorpho nuclear/PMN), sel-sel mono nuklear (monosit atau makrofag), sel pembunuh alamiah (Natural Killer), dan sel-sel dendritik. Sedangkan pada sistem imun adaptif terdapat sistem dan struktur fungsi yang lebih kompleks dan beragam. Sistem imun adaptif terdiri dari sub sistem seluler yaitu keluarga sel limfosit T (T penolong dan T sitotoksik) dan keluarga sel mono nuklear (berinti tunggal). Sub sistem kedua adalah sub sistem humoral, yang terdiri dari kelompok protein globulin terlarut yaitu: Imunoglobulin G,A,M,D, dan E. Imunoglobulin dihasilkan oleh sel limfosit B melalui suatu proses aktivasi khusus, bergantung kepada karakteristik antigen yang dihadapi. Secara berkesinambunangan dalam jalinan koordinasi yang harmonis, sistem imun baik yang alamiah maupun adapatif senantiasa bahu-membahu menjaga keselarasan interaksi antara sistem tubuh manusia dengan media hidupnya (ekosistem).




·         LETAK DAN STRUKTUR SISTEM IMUN

Pada hakekatnya sistem imunitas terbentuk dari :
§  Sel-sel darah putih
§  Sumsum tulang
§  Jaringan limfoid yang mencakup
§  kelenjar timus,
§  kelenjar limfe,
§  lien,
§  tonsil serta
§  adenoid,

    Di antara sel-sel darah putih yang terlibat dalam imunitas terdapat limfosit B (sel B) dan limfosit T (sel T). Kedua jenis sel ini berasal dari limfoblast yang dibuat dalam sumsum tulang.
§  Limfosit B mencapai maturitasnya dalam sumsum tulang dan kemudian memasuki sirkulasi darah.
§  Limfosit T bergerak dari sumsum tulang ke kelenjar timus tempat sel2 tersebut mencapai maturitasnya menjadi beberapa jenis sel yang dapat melaksanakan berbagai fungsi yang berbeda.

Kelenjar limfe yang tersebar di seluruh tubuh menyingkirkan benda asing dari sistem limfe sebelum benda asing tersebut memasuki aliran darah dan juga berfungsi sebagai pusat untuk proliferasi sel imun Lien yang tersusun dari pulpa rubra dan alba bekerja seperti saringan.Tonsil dan adenoid serta jaringan limfatik mukoid lainnya, mempertahankan tubuh terhadap serangan mikroorganisme.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeJVl6SmyoT-IRQd_aRWSAZzmOqs6z9aeD6sdp1a4zBEIxwmx7VemFrJsqWNgwBgDp0BN5lVNoFgC_j7COdlUfvuJRUHqZF2v44yYyGJyeozpaRD0n_OmTvAx7xByiAmSj4U-F6GmWRkA/s320/imun+2.jpg
·         Sumsum
Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam sumsum tulang. Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih (termasuk limfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga terdapat di tempat lain.
·         Timus
Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan sebelum lepas ke dalam sirkulasi. Proses ini memungkinkan sel T untuk mengembangkan atribut penting yang dikenal sebagai toleransi diri.
·         Getah bening
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan dan para-aorta daerah. Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting dalam pemeriksaan fisik pasien.
·         Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT)
Di samping jaringan limfoid berkonsentrasi dalam kelenjar getah bening dan limpa, jaringan limfoid juga ditemukan di tempat lain, terutama saluran pencernaan, saluran pernafasan dan saluran urogenital.
·      Limpa
Unsur menakjubkan lainnya dari sistem pertahanan kita adalah limpa. Limpa terdiri dari dua bagian: pulp merah dan pulp putih. Limfosit yang baru dibuat di pulp putih mula-mula dipindahkan ke pulp merah, lalu mengikuti aliran darah. Kajian saksama mengenai tugas yang dilak-sanakan organ berwarna merah tua di bagian atas abdomen ini menying-kapkan gambaran luar biasa. Fungsinya yang sangat sulit dan rumitlah yang membuatnya sangat menakjubkan.
Keterampilan limpa tidak hanya itu. Limpa menyimpan sejumlah ter-tentu sel darah (sel darah merah dan trombosit). Kata “menyimpan” mungkin menimbulkan kesan seakan ada ruang terpisah dalam limpa yang dapat dijadikan tempat penyimpanan.

c) Mekanisme kerja sistem imun
       Keberadaan mikroba patogen dapat menimbulkan dampak-dampak yang tidak diharapkan akan memicu sistem imun untuk melakukan tindakan dengan urutan mekanisme sebagai berikut : introduksi, persuasi, dan represi.
 Meskipun komplemen dapat diasosiasikan sesuai artinya, yaitu pelengkap, namun sesungguhnya fungsinya amatlah vital. Faktor komplemen bertugas untuk menganalisa masalah untuk selanjutnya mengenalkannya kepada imunoglobulin, untuk selanjutnya akan diolah dandipecah-pecah menjadi bagian-bagian molekul yang tidak berbahaya bagi tubuh. Setelah itu limfosit T bekerja dengan memakan mikroba patogen. Sel limfosit terdiri dari dua spesies besar, yaitu limfosit T dan B. Bila limfosit B kelak akan bermetamorfosa menjadi sel plasma dan selanjutnya akan menghasilkan imunoglobulin (G,A,M,D,E), maka sel T akan menjadi divisi T helper, T sitotoksik, dan T supresor.
Dalam kondisi yang berat akan terjadi beberapa proses berikut : sel limfosit T akan meminimalisasi efek patogenik dari mikroba patogen dengan cara bekerjasama dengan antibodi untuk mengenali dan merubah antigen dari mikroba patogen menjadi serpihan asam amino melalui sebuah mekanisme yang disebut Antibody Dependent Cell Cytotoxicity (ADCC). Selain itu sel limfosit T bersama dengan sel NK (Natural Killer) dan sel-sel dendritik dapat bertindak langsung secara represif untuk menghentikan kegiatan mikroba patogen yang destruktif melalui aktivitas kimiawi zat yang disebut perforin. Dalam beberapa kondisi khusus, sel limfosit T dapat memperoleh bantuan dari sel makrofag yang berperan sebagai Antigen Presenting Cell (APC) alias sel penyaji antigen.
      Sedangkan Sel limfosit B bertugas untuk membangun sistem manajemen komunikasi terpadu di wilayah cairan tubuh (imunitas humoral). Bila ada antigen dari unsur asing yang masuk, maka sel limfosit B akan merespon dengan cara membentuk sel plasma yang spesifik untuk menghasilkan molekul imunoglobulin yang sesuai dengan karakteristik antigen dari unsur asing tersebut.

d) Sel – sel sistem imun

ü  SEL-SEL IMUN NON SPESIFIK
1. Sel Fagosit
A.Fagosit Agranulosit
a) Sel Monosit : sel yang berasal dan matang di sum-sum tulang dimana setelah matang akan bermigrasi ke sirkulasi darah dan berfungsi sebagai fagosit
b) Sel makrofag : diferensiasi dari sel monosit yang berada dalam sirkulasi. Ada 2 golongan, yaitu:
C)Fagosit professional: monosit dan makrofag yang menempel pada permukaan dan akan memakan mikroorganisme asing yang masuk. Monosit dan makrofag juga mempunyai resepto interferon dan Migration Inhibition Factor (MIF). Selanjutanya monosit dan makrofag diaktifkan oleh Macrophage Activating Factor (MAF) yang dilepas oleh sel T yang disensitasi.
 Antigen
þ Presenting Cell (APC): sel yang mengikat antigen asing yang masuk lalu meprosesnya sebelum dikenal oleh limfosit. Sel-sel yang dapat menjadi APC antara lain:  kelenjar limfoid, sel Langerhans di kulit, Sel Kupffer di hati, sel mikrogrial di SSP dan sel

B. Fagosit Garnulosit
1. Neutrofil : mempunyai reseptor untuk fraksi Fc antibody dan komplemen yang diaktifkan.
2. Eosinofil: eosinofil dapat dirangsang untuk degranulasi sel dimana mediator yang dilepas dapat menginaktifkan mediator- mediator yang dilepas oleh mastosit/basofil pada reaksi alergi. eosinofil mengandung berbagai granul seperti Major Basic Protein (MBP), Eosinophil Cationic Protein (ECP), Eosinophil Derived Neurotoxin (EDN) & Eosinophil Peroxidase (EPO) yang besifat toksik dan dapat menghancurkan sel sasaran bila dilepas.

2. Sel Nol
Berupa Large Granular Lymphocyte (LGL) yang terbagi dalam sel NK (Natural Killer) dan sel K (Killer). Sel NK dapat membunuh sel tumor dengan cara nonspesifik tanpa bantuan antibody sedang sel K merupakan efektor Antibody Dependent Cell (ADCC) ynag dapat membunuh sel secara nonspesifik namun bila sel sasaran dilapisi antibody.
3. Sel Mediator
Basofil dan Mastosit: melepaskan bahan-bahan yang mempunyai aktivitas biologic antara lain: meningkatkan permeabilitas vaskuler dan respons inflamasi.
Trombosit: berfungsi pada homeostasis, memodulasi respons inflamasi, sitotoksik sebagai selefektor dan penyembuhan jaringan.

ü  B. SEL – SEL IMUN SPESIFIK
1. Sel T
 Petanda Permukaan: mempunyai resptor sel
Ü yang dapat dibedakan dengan yang lain, beberapa macam sel T:
 T11 : Penanda bahwa sel T sudang matang
¥
 T 4 dan T8 : T4 berfungsi sebagai
¥ pengenalan molekul kelas II MHC dan T8 dalam pengenalankelas I MHC
 T3 : resptor yang diperlukan
¥ untukperangsangan sel T
¥ TcT (Terminal deoxyribonuckleotidyl Transferase) : enzim yang diperlukan untuk menemukan pre T cell
¥ Petanda Cluster Differentiation (CD) : berperan dalam meneruskan sinyal aktivasi yang datang dari luar sel ke dalam sel (bila ada interaksi antara antigen molekul MHC dan reseptor sel T)
 Petanda fungsional
Ü
Mitogen dan lectin merupakan alamiah yang berkemampuan mengikat dan merangsang banyak klon limfoid untuk proliferasi dan diferensiasi.

 * Subkelas Sel T
Ü
Sel Th (T Helper) : menolong sel b dalam
F memproduksi antibody
F Sel Ts (T Supresor): menekan aktivitas sel T yang lain dan sel B. Sibagi menjadi Sel Ts spesifik untuk antigen tertentu dan sel Ts nonspesifik
 Sel Tdh / Td
F (delayed hypersensivity): berperan pada pengerahan makrofag ddan sel inflamasi lain ke tempat terjadinya reaksi hipersensivitas tipe lambat.
 Sel Tc (cytotoxic): berkemampuan untuk
F menghancurkan sel allogeneic dan sel sasaran yang mengandung virus.

2. Sel B
Sel yang berploriferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang mampu membentuk dan melepan antibody atas pengaruh sel T. macam macam antibody yang dihasilkan:
¥ Ig G : berjumlah 75% dari seluruh Imunoglobin, terdapat dalam jaringan & serum (darah, cairan SSP) mengaktifkan sistem komplemen sehingga berperan dalam imunitas selular Ig G dapat menembus plasenta masuk k fetus

* Ig A: berjumlah
¥ 15% dari seluruh Imunoglobin, terdapat dalam cairan tubuh (darah,saliva,air mata, ASI, sekret paru, GI, dll), Ig A dpt menetralisir toksin & mencegah terjadinya kontak antara toksin dgn sel sasaran

 Ig M :
¥ berjumlah 10% dari seluruh Imunoglobin, Merupakan antibodi pertama yang dibentuk dalam respon imun, kebanyakan sel B mengandung IgM pada permukaannya sebagai reseptor antigen, dapat mencegah gerakan mikroorganisme, memudahkan fagositosis & aglutinator kuat terhadap antigen

 Ig D :
¥ berjumlah 0,2% dari seluruh Imunoglobin, merupakan komponen utama pada permukaan sel B & penanda dari diferensiasi sel B yang lebih matang, Ditemukan dgn kadar rendah dlm sirkulasi

¥ Ig E : berjumlah 0,004% dari seluruh Imunoglobin, Ig dengan jumlah tersedikit namun sangat efisien, terdapat dalam serum, mudah diikat oleh mast cell, basofil & eosinofil yang pada permukaannya memiliki reseptor untuk fraksi Fc dr Ig E.s

2.1.2 Jenis Imun     
              Description: http://iamcollege.files.wordpress.com/2009/02/untitled.jpg?w=495&h=311
A.       Imun: alami dan di dapat
Ada dua tipe umum imunitas, yaitu : alami (natural) dan di dapat ( akuisita). Setiap tipe imunitas meaninkan peranann yang berbeda dalam mempertahankan tubuh terhadap para penyerang yang berbahaya, namun berbagai komponen biasanya bekerja dengan cara yang saling tergantung yang satu dengan yang lain.
Imunitas alami
Imunitas alami merupakan kekebalan yang non-spesifik yang di temukan pada saat lahir dan memberikan respon non-spesifik terhadap setiap penyerang asing tampa memperhatikan kompossisi penyerang tersebut. Dasar mekanisme pertahanan aalami semata-mata merupakan kemampuan untuk membedakan antara sahabat dan musuh atau antara diri sendiri dan bukan diri sendiri.


Mekanisme alami semacam ini mencakup :
a. Sawar ( barier) fisik
Mencakup kulit serta membrane mukosa yang utuh sehingga mikro organism pathogen dapat di cegah agar tidak masuk kedalam tubuh, dan silia pada traktus respiratorius bersama respon batuk serta bersin yuang bekerja sebagai filter dan membersihkan saluran napas atas dari mokro organism pathogen sebel;um mikro organism tersebut menginflasi tubuh lebuh lajut.

b. Sawar (barier) kimia
Mencakup getah lambung yang asam, enzim dalam air mata serta air liur (saliva) dan substansi dalam secret kelenjar sbasea serta lakrimalis, bekerja dengan cara non-spesifik untuk menghancurkan bakteri dan jamur yang menginvasi tubuh. Virus dihadapi dengan cara interveron yaitu salah satu tipe pengubah (modifier) respon biologi yang meruakan substansi virisaida non-spesifik yang secara alami yang diprodukasi oleh tubuh dan dapat mengaktifkan komponen lainya dari system imun.

c. Sel darah putih ( leukosit)
Leukosit granular atau granolosit mencakup neutrofil (leukosit polimorfonuklear atau PMN karena nukleusnya terdiri atas beberapa lobus) merupakan sel pertama yang tiba pada tempat terjadinya inflamasi. Eosinofil dan basofil yaitu tipe leukosit .ain yang neningkat jumlahnya pada saart terjadi reaksi alergi dan respon terhadap stress. Granulosit akan memerangi serbuan benda asing atau toksin dengan melepaskan mediator sel seperti histamine, brandikinin, prostaglandin, dan akan menyerang benda asing atau toksin tersebut.
Leukosit non granuler mencakup monosityang berfungsi sebagai sel fagosit yang dapat menelan, mencerna, dan menghancurkan benda asing atau toksin dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan granulosit dan limfosit yang trdiri atas sel T dan sel B yang memainkan peranan utama dalam imunitas humoral dan imunitas yang diantarai oleh sel.

d. Respon inflamasi
Merupakan fungsi utama dari sistem imun alami yang dicetuskan sebagai reaksi terhadap cidera jaringan atau mikro organism penyerang. Zat-zat mediator komia turut membantu respon inflamasi untuk mengurangi kehilangan darah, mengisolasi mokro organism penyerang, mengaktifkan sel-sel fagosit, dan meningkatkan pembentukan jaringan parut fibrosa serta regenerasi jaringan yang cedera.

Imunitas yang di dapat.
Imunitas yang didapat (acquired imunity) terdiri atas respon imun yang tidak di jumpai pada saat lahir tetapi diperoleh dalam kehidupan seseorang. Imunitas didapat biasanya terjadi setelah seseorng terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respon imun yang bersifat protektif. Ada dua tipe imunitas yang di dapat, yaitu aktif dan pasif. Pada imunitas didapat yang aktif , pertahanan imunologi akan dibetuk oleh tubuh orang yang dilindungi oleh imunitas tersebut dan umumnya berlangsung selama bertahun-tahun bahkan seumur hidup. Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yang di transmisikan dari sumber lain yang sudah memiliki kekebala setelah menderita sakit atau menjalani imunisasi.

2.1.3 Pertahanan Sistem Imun
Saat tubuh terserang atau diinfasi oleh bakteri atau virus atau mikro organmisme pathogen lainya maka ada tiga macam cara yang dilakukan tubuh untuk mempertahankan dirinya sendiri, yaitu :

a. Respon imun fagositik
Meliputi sel darah putih (granulosit dan makrofag) yang dapt memakan partikel-partikel asing. Sel ini kan bergerak ketempat serangan dan kemudian menelan serta menghancurkan mikroorganism penyerang.

b. Respon humoral (respon anti body)
Respon ini mulai bekerja dengan terbentuknya limfosit yang dapat mengubah dirinya menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan antibody. Antibodi ini merupakan protein yang sangat spesifik diangkut dalam aliran darah dan memiliki kemampuan untuk melumpuhkan penyerangnya.

c. Respon imun seluler
Respon ini melibatkan limfosit yang mengubah dirinya menjadi sel plasma juga dapat berubah menjadi sel-sel T sitotoksik khusus yang dapat menyerang mikroorganisme patogen itu sendiri.

2.1.4 Stadium Respon Imun
Ada empat stadium yang batasnya jelas dalam sutu respon imun,yaitu:
a. Stadium pengenalan
Dasar setiap seaksi imun adalah pengenalan dimana kemampuan dari system imunitas untuk mengenali anti gen sebagai unsure yang asing atau bukan dagian dari dirinya sendiri. Tubuh akan melaksanakan pengenalan ( recognition) dengan m,engunakan nodus limfatikus dan limfosit sebagai pengawas (surveilans). Nodus limfatikus atau kelenjar limfe tersebar luas diseluruh tubuh dan akan melepaskan limfosit berukuran kecil kedalam alira darah. Limfosit ini akan mengawasi jaringan dan pembuluh limfe yang mengalirkan cairan limfe dari daerah yang dilayani oleh nodus limfatikus tersebut untuk membentuk system kekebalan. Ketika bahan asing masuk kedalam tubuh, limfosit yang beredar akan mendekati dan melakukan kontak fisik dengan permukaan antigen. Begitu terjadi kontak, limfosit dengan bantuan makrofa dapat menghilangkan anti gen dalam permukaan dengan cara mengambil cetakan stukturnya.


b. Stadium poliferasi
Limfosit yang beredar dan mengandung pesan antigenic akan kembali pada nodus limfatikus terdekat. Ketika dalam nodus limfatikus, limfosit yang sudah disensitisasi akan menstimulasi limfosit yang aktif untuk membesar, membelahdiri, mengadakan poliferasi, dan berdeferensiasi menjadi limfosit T atau B.

c. Stadium respon
Dalam stadium respon, limfosit yang sudah berubah akan berfungsi dengan cara humoral atau seluler. Respon humoral inisial memproduksi antibodi oleh limfosit B sebagai reaksi terhadap antigen spesifik. Antibody dilepaskan kedalam aliran darah dan berdiam didalam plasma atau fraksi darah berupa cairan. Dalam respon seluler inisial limfosit yang sudah disensitisasi dan kembali kenodus limfatikus akan bermigrasi ke daerah lain untuk mejadi sel-sel Yang akan menyerang langsung mikroba bukan lewat kerja antibody. Limfosit ini dikenal sebagai sel T sitotoksit. Respon seluler tampak dengan manivestasi melaui peningkatan jumlah limfosit.

d. Stadium efektor
Dalam stadium efektor, antibody dri respon humoral atau seltis sitotoksit dari respon seluler akan menjangkau antigen dan terangkai pada permukaan objek yang asing.


2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Sistem Imun
a. Usia
- Penurunan kemampuan untuk bereaksi secara memadai terhadap mikroorganisme yang menginvasinya.
- Terganggunya produksi limfosit B dan T
- Kulit tipis, tidak elastic, neuropati perifer, penurunan
àsensitabilitas serta sirkulasi yang menyertainya ulkus statis dan dekubitus.
b. Gender
-
àEstrogen
1. Memodulasi aktivitas limfosit T khususnya sel T supresor
2. Mengaktifkan populasi sel-sel B berkaitan dengan autoimun yang mengekspresikan marker CD5
3. Cenderung menggalakkan imunitas, sedangkan androgen=imunosupresif
 mempertahankan produksi IL-2 dan aktivitas sel T
à4. Androgen supresor
5. Lebih sering pada wanita terkait dengan estrogen
• Faktor-faktor psikoneuro-imunologik
• Kelainan organ lain
• Obat-obatan
• Radiasi
c. Faktor psikoneuro-imunologik
d. Kelainan organ yang lain
e. Obat-obatan
f. Radiasi

2.2 Menjelaskan Gangguan pada Sistem Imun

2.2.1 Autoimun
1. Gangguan autoimun adalah kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang membuat badan menyerang jaringannya sendiri.
2. Sistem imunitas menjaga tubuh melawan pada apa yang terlihatnya sebagai bahan asing atau berbahaya. Bahan seperti itu termasuk mikro-jasad, parasit (seperti cacing), sel kanker, dan malah pencangkokkan organ dan jaringan. Bahan yang bisa merangsang respon imunitas disebut antigen. Antigen adalah molekul yang mungkin terdapat dalam sel atau di atas permukaan sel (seperti bakteri, virus, atau sel kanker). Beberapa antigen, seperti molekul serbuk sari atau makanan, ada di mereka sendiri.

Sel sekalipun pada orang yang memiliki jaringan sendiri bisa mempunyai antigen. Tetapi, biasanya, sistem imunitas bereaksi hanya terhadap antigen dari bahan asing atau berbahaya, tidak terhadap antigen dari orang yang memiliki jaringan sendirii. Tetapi, sistem imunitas kadang-kadang rusak, menterjemahkan jaringan tubuh sendiri sebagai antibodi asing dan menghasilkan (disebut autoantibodi) atau sel imunitas menargetkan dan menyerang jaringan tubuh sendiri. Respon ini disebut reaksi autoimun. Hal tersebut menghasilkan radang dan kerusakan jaringan. Efek seperti itu mungkin merupakan gangguan autoimun, tetapi beberapa orang menghasilkan jumlah yang begitu kecil autoantibodi sehingga gangguan autoimun tidak terjadi

* GANGGUAN
Beberapa Gangguan Autoimun
Gangguan Jaringan yang terkena Konsekwensi
A. Anemia hemolitik autoimun Sel darah merah Anemia (berkurangnya jumlah sel darah merah) terjadi, menyebabkan kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala ringan. Limpa mungkin membesar.
Anemia bisa hebat dan bahkan fatal.

B.Bullous pemphigoid (Kulit Lepuh besar, yang kelilingi oleh area bengkak yang merah, terbentuk di kulit. Gatal biasa. Dengan pengobatan, prognosis baik.)
Sindrom Goodpasture Paru-paru dan ginjal Gejala, seperti pendeknya nafas, batuk darah, kepenatan, bengkak, dan gatal, mungkin berkembang. Prognosis baik jika pengobatan dilaukan sebelum kerusakan paru-paru atau ginjal hebat terjadi.

C.Penyakit Graves Kelenjar tiroid Kelenjar gondok dirangsang dan membesar, menghasilkan kadar tinggi hormon thyroid (hyperthyroidism). Gejala mungkin termasuk detak jantung cepat, tidak tahan panas, tremor, berat kehilangan, dan kecemasa. Dengan pengobatan, prognosis baik.

D.Tiroiditis Hashimoto Kelenjar tiroid Kelenjar gondok meradang dan rusak, menghasilkan kadar hormon thyroid rendah (hypothyroidism). Gejala seperti berat badan bertambah, kulit kasar, tidak tahan ke dingin, dan mengantuk. Pengobatan seumur hidup dengan hormon thyroid perlu dan biasanya mengurangi gejala secara sempurna.

E.Multiple sclerosis
Otak dan spinal cord Seluruh sel syaraf yang terkena rusak. Akibatnya, sel tidak bisa meneruskan sinyal syaraf seperti biasanya. Gejala mungkin termasuk kelemahan, sensasi abnormal, kegamangan, masalah dengan pandangan, kekejangan otot, dan sukar menahan hajat. Gejala berubah-ubah tentang waktu dan mungkin datang dan pergi. Prognosis berubah-ubah.
Myasthenia gravis Koneksi antara saraf dan otot (neuromuscular junction) Otot, teristimewa yang dipunyai mata, melemah dan lelah dengan mudah, tetapi kelemahan berbeda dalam hal intensitas. Pola progresivitas bervariasi secara luas. Obat biasanya bisa mengontrol gejala.

Pemphigus Kulit Lepuh besar terbentuk di kulit. Gangguan bisa mengancam hidup.
Pernicious anemia Sel tertentu di sepanjang perut Kerusakan pada sel sepanjang perut membuat kesulitan menyerap vitamin B12. (Vitamin B12 perlu untuk produksi sel darah tua dan pemeliharaan sel syaraf).

F.Anemia adalah, sering akibatnya menyebabkan kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala ringan.
Syaraf bisa rusak, menghasilkan kelemahan dan kehilangan sensasi. Tanpa pengobatan, tali tulang belakang mungkin rusak, akhirnya menyebabkan kehilangan sensasi, kelemahan, dan sukar menahan hajat. Risiko kanker perut bertambah. Juga, dengan pengobatan, prognosis baik.

G.Rheumatoid arthritis Sendi atau jaringan lain seperti jaringan paru-paru, saraf, kulit dan jantung Banyak gejala mungkin terjadi.termasuk demam, kepenatan, rasa sakit sendi, kekakuan sendi, merusak bentuk sendi, pendeknya nafas, kehilangan sensasi, kelemahan, bercak, rasa sakit dada, dan bengkak di bawah kulit.

Progonosis bervariasi
1. Systemic lupus erythematosus (lupus) sendi, ginjal, kulit, paru-paru, jantung, otak dan sel darah Sendi, walaupun dikobarkan, tidak menjadi cacat.

2. Gejala anemia, seperti kepenatan, kelemahan, dan ringan-headedness, dan yang dipunyai ginjal, paru-paru, atau jantung mengacaukan, seperti kepenatan, pendeknya nafas, gatal, dan rasa sakit dada, mungkin terjadi. Bercak mungkin timbul.

3. Ramalan berubah-ubah secara luas, tetapi kebanyakan orang bisa menempuh hidup aktif meskipun ada gejolak kadang-kadang kekacauan.

4. Diabetes mellitus tipe 1 Sel beta dari pankreas (yang memproduksi insulin)
Gejala mungkin termasuk kehausan berlebihan, buang air kecil, dan selera makan, seperti komplikasi bervariasi dengan jangka panjang. Pengobatan seumur hidup dengan insulin diperlukan, sekalipun perusakan sel pankreas berhenti, karena tidak cukup sel pankreas yang ada untuk memproduks iinsulin yang cukup. Prognosis bervariasi sekali dan cenderung menjadi lebih jelek kalau penyakitnya parah dan bertahan hingga waktu yang lama.

5. Vasculitis Pembuluh darah Vasculitis bisa mempengaruhi pembuluh darah di satu bagian badan (seperti syaraf, kepala, kulit, ginjal, paru-paru, atau usus) atau beberapa bagian. Ada beberapa macam. Gejala (seperti bercak, rasa sakit abdominal, kehilangan berat badan, kesukaran pernafasan, batuk, rasa sakit dada, sakit kepala, kehilangan pandangan, dan gejala kerusakan syaraf atau kegagalan ginjal) bergantung pada bagian badan mana yang dipengaruhi. Prognosis bergantung pada sebab dan berapa banyak jaringan rusak. Biasanya, prognosis lebih baik dengan pengobatan.
ETIOLOGI
Reaksi autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal :
• Senyawa yang ada di badan yang normalnya dibatasi di area tertentu (dan demikian disembunyikan dari sistem kekebalan tubuh) dilepaskan ke dalam aliran darah.Misalnya, pukulan ke mata bisa membuat cairan di bola mata dilepaskan ke dalam aliran darah.Cairan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali mata sebagai benda asing dan menyerangnya.

• Senyawa normal di tubuh berubah, misalnya, oleh virus, obat, sinar matahari, atau radiasi. Bahan senyawa yang berubah mungkin kelihatannya asing bagi sistem kekebalan tubuh. Misalnya, virus bisa menulari dan demikian mengubah sel di badan. Sel yang ditulari oleh virus merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerangnya.

• Senyawa asing yang menyerupai senyawa badan alami mungkin memasuki badan. Sistem kekebalan tubuh dengan kurang hati-hati dapat menjadikan senyawa badan mirip seperti bahan asing sebagai sasaran. Misalnya, bakteri penyebab sakit kerongkongan mempunyai beberapa antigen yang mirip dengan sel jantung manusia. Jarang terjadi, sistem kekebalan tubuh dapat menyerang jantung orang sesudah sakit kerongkongan (reaksi ini bagian dari deman rumatik).

• Sel yang mengontrol produksi antibodi misalnya, limfosit B (salah satu sel darah putih) mungkin rusak dan menghasilkan antibodi abnormal yang menyerang beberapa sel badan.
Genetik juga mempengaruhi kekacauan imunitas. Kerentanan kekacauan, daripada kekacauan itu sendiri, mungkin diwarisi. Pada orang yang rentan, satu pemicu, seperti infeksi virus atau kerusakan jaringan, dapat membuat kekacauan berkembang. Faktor Hormonal juga mungkin dilibatkan, karena banyak kekacauan autoimun lebih sering terjadi pada wanita.

GEJALA
- Demam.
- Rasa sakit,
- Merusak bentuk sendi,
- Kelemahan,
- Penyakit kuning,
- Gatal,
- Kesukaran pernafasan,
- Penumpukan cairan (edema),
- Kematian.

DIAGNOSA
- Pemeriksaan darah yang menunjukkan adanya radang dapat diduga sebagai gangguan autoimun. Misalnya, pengendapan laju eritrosit (ESR) seringkali meningkat, karena protein yang dihasilkan dalam merespon radang mengganggu kemampuan sel darah merah (erythrocytes) untuk tetap ada di darah. Sering, jumlah sel darah merah berkurang (anemia) karena radang mengurangi produksi mereka. Tetapi, radang mempunyai banyak sebab, banyak diantaranya yang bukan autoimun.

- Antibodi antinuclear, yang biasanya ada di lupus erythematosus sistemik, dan faktor rheumatoid atau anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP) antibodi, yang biasanya ada di radang sendi rheumatoid. Tetapi antibodi ini pun kadang-kadang mungkin terjadi pada orang yang tidak mempunyai gangguan autoimun, oleh sebab itu dokter biasanya menggunakan kombinasi hasil tes dan tanda dan gejala orang untuk mengambil keputusan apakah ada gangguan autoimun.

2.2.3 Imunodefisiensi
* GANGGUAN FUNGSI SISTEM IMUN PENYAKIT YANG MENYERTAI
1. Sel B
2. Sel T
3. Fagosit
4. komplemen
Infeksi bakteri rekuren seperti otitis media, pnemumonia rekuren
Kerentanan meningkat terhadap virus, jamur, dan protozoa
Infeksi sistemik oleh bakteri yang dalam keadaan biasa mempunyai virulensi rendah, infeksi bakteri piogenik
Infeksi bakteri, autoimunitas

*. Fungsi yang berlebihan
1. Sel B
2. Sel T
3. Fagosit
4. kompelemen

Gamopati monoklonal
Kelebihan sel Ts yang menimbulkan infeksi dan penyakit limfoproliferatif
Hipersensitivitas, beberapa penyakit autoimun
Edem angioneurotik akibat tidak adanya inhibitor esterase CI

• awitan gejala klinis penyakit defisiensi kongenital biasanya jarang dibawah usia 3-4 bulan, karena ada efek proteksi dari antibodi maternal'

• organ tubuh yang sering terkena adalah saluran napas yang diserang bakteri piogenik atau jamur.

• Infeksi yang berulang atau infeksi yang tidak umum merupakan petanda penting defisiensi imun.

2.2.4 Hipersensitifitas
Hipersensitifitas/Alergi
Definisi: adalah reaksi imun patologik,  kerusakan jaringan tubuh.
àterjadi akibat respon imun berlebihan 
1. Hipersensitifitas anafilaktik (Tipe I)
Hipersensitifitas Tipe satu memerlukan kontak sebelumnya dengan antigen yang spesifik sehingga terjadi produksi antibody IgE oleh sel-sel plasma (Sel T helper membantu menggalakkan reaksi ini).
Mekanisme yaitu:
Allergen+Sel B--> IgE+Sel mast--> allergen sama dan baru-->IgE+allergen pada
sel mast-->histamin-->gejala

a. Gejala klinis ditentukan oleh jumlah allergen, jumlah mediator yang dillepas, sensitifitas target organ dan
àjalur masuknya allergen anafilaksis local dan sistemik.
b. Penyakit atopic
Hipersensitifitas satu mengakibatkan faktor genetic. Ditandai
àpenyakit atopic/alergi dengan anaflaksis, rhino konjungtifitas alergi, dermatitis atopic, urtikaria, angioderma, alergi gastrointestinal, dan asma

2. Hipersensitifitas Sitotoksik (Tipe II)
Terjadi jika system kekebalan secara keliru mengenali konstituen tubuh yang normal sebagai benda asing. Tipe ini meliputi pengikatan antibody
àIgG/IgM dengan antigen yang terikat sel pengaktifan rantai komplemen dan destruksi sel yang menjadi tempat antigen terikat.

Contoh 1: sindrom Goodpasture:
- Dihasilkan antibody terhadap jaringan  paru dan ginjal rusak
àparu dan ginjal
Contoh 2: hemolitik RH
- Kelainan hemolitik Rh pada bayi baru lahir  destruksi sel darah merah.
àdan reaksi transfuse darah tidak kompatibel

3. Hipersensitifitas Kompleks Imun (Tipe III)
Kompleks imun terbentuk ketika antigen terikat dengan antibody dan dibersihkan dari dalam sirkulasi darah lewat kerja fagositik. Jika kompleks ini bertumpuk dalam cedera. Sehingga
àjaringan atau endhotelium vaskuler terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler dan cedera jaringan.
 rentan pada cedera
à- Persendian dan ginjal ini.
Contoh: SLE, artritits rheumatoid, tipe nefritis

4. Hipersensitifitas Tipe Lambat (Tipe IV)

- Terjadi 24-72 jam sesuai kontak dengan allergen
- Tipe ini diperantai oleh makrofag dan sel T yang sudah tersensitisasi
Contoh: efek penyumtikan intradermal antigen tuberculin sel sel T yang tersensitisasi bereaksi dengan antigen pada atau di dekat tempat penyuntikan.
 menarik, mengaktifkan,
à- Pelepasan limfokin mempertahankan sel-sel makrofag pada tempat tersebut.
à- Pelepasan lisozim untuk makrofag kerusakan jaringan
- Edema  untuk penyebab timbulnya reaksi tuberculin yang positif
àdan fibrin
- Dermatitis kontak akibat kontak dengan allergen, misalnya kosmetika
-  sensitisasi
àKontak primer
-  reaksi hipersensitifitas yang tersusun dari molekul
àKontak ulang berat  diproses sel-sel Langerhansà terikat dengan proteinàdan rendah dalam  gatal-gatal, eritema, lesi yang menonjolàkulit

2.3 Penatalaksanaan Gangguan Imun

2.3.1 Autoimun
1. Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan), seperti azathioprine, chlorambucil, cyclophosphamide, cyclosporine, mycophenolate, dan methotrexate, sering digunakan, biasanya secara oral dan seringkal denganjangka panjang.
Tetapi, obat ini menekan bukan hanya reaksi autoimun tetapi juga kemampuan badan untuk membela diri terhadap senyawa asing, termasuk mikro-jasad penyebab infeksi dan sel kanker. Kosekwensinya, risiko infeksi tertentu dan kanker meningkat.

2. Kortikosteroid, biasanya secara oral. Obat ini mengurangi radang sebaik menekan sistem kekebalan tubuh. Kortikosteroid yang digunakan dalam jangka panjang memiliki banyak efek samping. Kalau mungkin, kortikosteroid dipakai untuk waktu yang pendek sewaktu gangguan mulai atau sewaktu gejala memburuk. Tetapi, kortikosteroid kadang-kadang harus dipakai untuk jangka waktu tidak terbatas.

3. Gangguan autoimun tertentu (misalnya, multipel sklerosis dan gangguan tiroid) juga diobati dengan obat lain daripada imunosupresan dan kortikosteroid. Pengobatan untuk mengurangi gejala juga mungkin diperlukan.

4. Etanercept, infliximab, dan adalimumab menghalangi aksi faktor tumor necrosis (TNF), bahan yang bisa menyebabkan radang di badan. Obat ini sangat efektif dalam mengobati radang sendi rheumatoid, tetapi mereka mungkin berbahaya jika digunakan untuk mengobati gangguan autoimun tertentu lainnya, seperti multipel sklerosis. Obat ini juga bisa menambah risiko infeksi dan kanker tertentu.

5. Plasmapheresis digunakan untuk mengobati sedikit gangguan autoimun. Darah dialirkan dan disaring untuk menyingkirkan antibodi abnormal. Lalu darah yang disaring dikembalikan kepada pasien.
Beberapa gangguan autoimun terjadi tak dapat dipahami sewaktu mereka mulai. Tetapi, kebanyakan gangguan autoimun kronis. Obat sering diperlukan sepanjang hidup untuk mengontrol gejala. Prognosis bervariasi bergantung pada gangguan.

2.3.2 Imunodefisiensi

a. Imunodefisiensi Primer

• Disfungsi Fagosotik

- Terapi dengan faktor penstimulasi koloni  protein ini akan menarik sel-sel dari
àgranulosit-makrofag/granulosit sumsum tulang dan memperceat maturasinya (Gm-CSF/G-CSF)
- Terapi antivirus, antibiotic, antifungal, dan anti protozoa
- Suntikan anemina perniosiosa
àvitamin B12

• Defisiensi Sel-B

terpai pengganti dengan suntikan gamma
à- Penederita CVID globulin IV
- Terapi antimikroba (mencegah infeksi respiratorius, komplikasi seperti pneumonia, sinusitis/otitis media)
- Metronidazol (flagyl)/kuinakrin hidroklorida (Atabrine) selama 7 hari jika adaya infestasi intertisnal oleh Giardia Lamblia
 jika
à- Suntikan vitamin B12 sebulan sekali ada anemia pernisiosa.

• Defisiensi Sel-T

- Terapi topical dengan mikronazol
- Suntikan amfoterisin B IV
- Terapi oral dengan angens klotrimazol dan ketokonazol

• Defisiensi sel B dan sel T

- Transplantasi sumsum tulang
- Suntikan immunoglobulin IV
- Faktor yang berasal dari thymus
- Transplantasi kelenjar thimus

 Defisiensi Primer Secara Umum
n

- Suntikan gamma Immnunoglobulin IV
- Terapi rekonstruksi dengan sel-sel  transplantasi sumsum tulang serta kelenjar thymus janin
àprekursor

b. Imunodefisiensi Sekunder

- Penegakan diagnosis
- Pelaksanaan terapi terhadap proses penyakit yang mendasari.

2.3.3 Hipersensitifitas

- Resusitasi kardiopulmoner jika henti jantung
- Penigkatan pemberian oksigen jika terjadi kardiopulmoner, dispnea, mengi, dan sianosis
- Epinefria disuntikkan






                                                                              BAB III
KESIMPULAN

Imunitas mengacu kepada respons protektif tubuh yang spesifik terhadap benda asing atau mikroorganismeyang menginvasinya. Komponen dan fungsi pada imunitas terdiri leukosit, sumsum tulang, jaringan limfoid yang terdiri dari kelenjar thymus, limfe, tonsil, lien,tonsil serta adenoid, dan jaringan serupa.
Dari leukosit terdapat sel B dan sel T. sel B mencapai maturasinya pada sumsum tulang dan sel T mencapai maturasinya di kelenjar thymus. Imunitas dibagi menjadi imunitas alami dan imunitas yang didapat. Imunitas alami merupakan respons nonspesifik terhadap setiap penyerang asing tanpa mempertahankan komposisi penyerang tersebut.
Mekanismenya mencakup sawar fisik, kimia, sel darah putih, respon inflamasi. Imunitas yang didapat terdiri dari respon imun yang tidak dijumpai pada saat lahir tetapi akan diperoleh kemudian dalam hidup seseorang. Biasanya terjadi setelah seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respon imun yang bersifat protektif.
Terdapat 2 tipe pada imunitas yang didapat yaitu imunitas didapat aktif dan pasif. Pertahanan system imun dibagi pada respons imun fagositik, respon humoral/antibody respon, dan respon imun seluler. Disamping system pertahanan, terdapat stadium respon imun; yakni stadium pengenalan, bersirkulasi, proliferasi, respon, dan efektor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi system imun yaitu usia, gender, faktor-faktor psikoneuro-imunologik, kelainan organ lain, obat-obatan dan radiasi.
Gangguan system imun terdiri dari (autoimun, imunodefisiensi, dan hipersensitifitas).
a. Autoimun adalah kegagalan fungsi system kekbalan tubuh yang membuat badan menyerang jaringannya sendiri. Penyebabnya adalah senyawa normal di tubuh berubah, “demam reumatik”, keturunan, dan faktor hormonal.
Gangguan imunodefisiensi dapat disebabkan defisiensi pada sel-sel fagositik pada sel-sel fagositik, limfosit B dan limfosit T/ komplemen.

b. Imunodefisiensi bisa diklasifikasikan sebagai kelainan primer/sekunder dan dapat pula berdasar komponen yang terkena pada system imun tersebut. Imunodefisiensi sekunder lebih sering dijumpai, akibat dari proses penyakit yang mendasarinya. Penyebabnya malnutrisi, stress kronik, luka bakar, uremia, DM, kelainan autoimun, AIDS. Penderita ini mengalami imunosupresi dan sering disebut hospes yang terganggu kekebalannya (immunocompromised host). Gangguan imun yang terakhir adalah hipersensitivias adalah reaksi tipe 1 yang memerlukan kontak sebelumnya dengan antigen yang spesifik sehingga terjadi produksi antibody IgE oleh sel-sel plasma (sel T helper membantu menggalakkan reaksi ini).
·         Penatalaksanaan dari beberapa gangguan Autoimun adalah imunosupresan, etanercept, infliximab, adalimumad, abatacept, rituximad, kortikosteroid, dan plasmaparesis.
Mayoritas pengobatan ini menekan system kekebalam tubuh dan mengganggu kemampuan badan untuk berjuang melawan penyakit, terutama infeksi.
Pada pengobatan imunodefisiensi dibagi menjadi primer dan sekunder. Penatalaksanaan primer yaitu pemberian suntikan gamma globulin IV, terapi rekonstruksi dengan sel-sel prekursor, misalnya ransplantasi sumsum tulang dan kelenjar thymus janin. Pada penderita defisiensi fagositik, penatalaksanaannya GM-CSF/G-CSF, terapi antivirus, antibiotic, antifungal dan anti protozoa; suntikan vitamin B 12 bagi anemia perniosiosa. Dan pada penatalaksanaan imunodefisiensi sekunder yaiu penegakan diagnosis dan penatalaksanaan terhadap terapi Pada penatalaksanaan hipersensitivitas adalah resusitasi kardiopulmoner jika terjadi henti jantung, peningkatan oksigen untuk masalah kardiopulmoner, dispnea, mengi, sianosis. Pemberian epinefrin yang disuntikkan pada subkutan ekstremitas atas; antihistamin dan kortikosteroid jika urtikaria dan angiodema, dan vasopresor bagi masalah tekanan darah.





DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Price, Wilson. 2005. Pathophysiology Edisi 6. Jakarta:EGC






















  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS