ARTI Sahabat
Minggu pagi, tampak dari jendela kamarku sang mentari yang mulai menampakkan cahaya indahnya, aku pun memulai hariku dengan kegiatan bersih-bersih rumah, mulai dari kamar tidur hingga pekarangan rumah, saat aku sedang menyapu halaman aku melihat sekumpulan anak-anak jalanan lewat di hadapanku. Rasa kasihanpun menyelimuti hatiku, ingin rasanya aku menolong mereka tapi keadaan yang tak bisa mewujudkan niat baikku itu. suatu hari aku bingung harus bagaimana, aku ingin memasak nasi tapi persediaan beras tak ada, aku merenungkan nasipnku yang tak berkecukupan, seketika timbul rasa kecewa dengan keadaan keluargaku, aku mengkhayal jika masih ada ayah, kalau ayah tak pergi meninggalkan kami, mungkin saat ini aku masih bisa hidup seperti teman-temanku yang tak punya beban untuk menghidupi keluarga, ingin rasanya bertanya kepada ibu tentang ayah, di mana ayah dan mengapa ia tak kunjung pulang, tapi berat rasanya untuk melakukan hal itu pada ibu, terlebih lagi keadaan ibu yang masih terbaring lemas di kasur karna penyakit yang di deritanya.
Tahun ajaran barupun tiba, aku dan ketiga adik-adikku siap untuk pergi sekolah dan menerima pelajaran baru, sesampainya di sekolah aku menjadi bahan perbincangan teman-temanku.
“Hey Ratih, kamu tidak punya uang ya buat beli seragam sekolah?” tanya Karina dengan sombongnya
“Iya, kamu mau kesekolah apa mau ngamen, orang sepertimu tak pantas sekolah disini?” sambung wulan
Belum sempat menjawab pertanyaan karina dan wulan sesesok laki-laki tampan datang menghampiri kami.
“Ada apa ini ribut-ribut, apa yang telah mereka perbuat kepadamu tih?” tanya Deka dengan gayanya yang selalu membuat cewek-cewek satu sekolahan terpesona.
“ mereka tak berbuat kasar pada ku, mereka hanya menanyakan keadaanku” jawabku singkat
“Oh, ya sudah kalau begitu aku harus pergi keruang kepsek”. Ujarnya dengan tergesa-gesa
Melihat kedekatan ku dengan Deka, Karina dan Wulan merasa iri dan langsung mengeluarkan kata-kata celaannya padaku.
“Hey. Ratih kamu emang gak tau malu ya, udah bagus bisa sekolah di sekolahan elit ini, klau bukan karena pinter gak bakal sekolahan ini mau nerima siswa kayak kamu, miskin dan gak tau diri, berani – beraniya kamu deketin Deka ! “ ujar Karina
" iyaa, dasar gak tau di untung, seharusnya kamu tu nyadar klo kamu gak pantes buat dia, gak usah berharap banyak dech, kamu gak akan bisa jadian ma Deka”
“Owh aku tau, kamu deketi Deka cuman mau uangnya aja kan?” ketus Wulan dan Cindy
Astaghfirullah hal’azim, ya Allah kuatkan hamba mu ini dalam menghadapi segala macam cobaan ( gumam ku dalam hati )
“ maaf kan aku jika aku berbuat salah sama kalian, aku memang orang miskin tapi aku masih punya harga diri, dan aku gak pernah berfikir tentang hal itu, apalagi hanya karna uang” jawab ku tegas dan membuat suasana jadi semakin panas.
“ach, percuma ngomong sama orang miskin, kita hanya buang – buang tenaga disini”
Merekapun pergi dari hadapan ku, dan masih meninggalkan sisa – sisa celotehnya
Saat aku duduk di samping kelas yang jauh dari keramayan, aku melihat sesosok wanita yang sedang asyik membaca buku, ku fikir dia Rani teman baik ku yang hobi membaca buku namun saat ku dekati ternyata Arum, anak dari seorang penjaga sekolah yang pintar dan polos, dan karena ke polosannya dia sering jadi bahan mainan anak- anak satu sekolahan, dan semenjak ibunya meninggal dia suka menyendiri dan hilang di saat – saat banyak orang membutuhkannya.
“Hai Arum” sapa ku
“Iya Hai..”
“Sedang apa kau di sini” tanya ku dengan nada pelan
“membaca buku”
Tak lama kemudian bel pun berbunyi waktunya untuk masuk kekelas yang sudah di tentukan, aku dan Arum pun pergi menelusuri setiap ruangan, saat tiba di depan kelas XII.IPA.1 terpampang nama ku Ratih Ayu Lestari dan Arum anjani.
hh.. helaan nafas ku begitu keras, setelah menemukan kelas yang ku cari.
“Rum, kita satu kelas lagi”
“iya, sama seperti apa yang ku harapkan selama ini”
“tapi, bagaimana dengan Rani?”
“Oh iya, sepanjang perjalanan tadi aku tak menemukan namanya di salah satu kelas”
“aku juga”
“apa jangan – jangan dia pindah sekolah?” tanya Arum
“Hus, enggak mungkin dia pindah sekolah, dia gak mungkin ninggalinsekolahan ini begitu saja, sekolahan ini sangat berarti buatnya”
“tapi kenapa namanya gak ada di setiap kelas?”
“aku yakin ini hanya keteledoran pihak sekolah saja”
“kalau begitu, ayo kita tanyakan pada waksis”
“tapi inikan sudah bel masuk, apa tidak sebaiknya nanti saja kita tanyakan?”
“Lebih cepat, lebih baik tak usah khawatir ini masih suasana bersosialisai jadi tak kan ada guru yang memberi pelajaran pada saat – saat seperti ini “
“ya, baiklah”
“ya, baiklah”
Setelah wakasis memberi penjalasan tentang hal ini, kami merasa yakin bahwa ini kesalahan pihak sekolah namun wakasis tak bisa mamastikan di kelas berapa Rani di tentukan.
Setelah bel pulang berbunyi, Aku dan Arum bergegas pergi kerumah Rani, saat kakiku menginjak lantai rumahnya, begitu kotor, dan saat ku melihat seisi rumahnya begitu banyak barang – barang yang berserakan. Hatiku bertanya – tanya apa yang terjadi pada rumah ini? Rumah yang dulu bersih, rumah yang dulu indah, rumah yang dulu menyejukan berubah seketika menjadi rumah kumuh seperti tak berpenghuni. Lantai,dinding,jendela tampak seperti rumah tak dihuni.
“Rum, sepertinya Rani sudah tidak tinggal disini lagi,tapi pindah kemana?”
“iya, tak ada barang – barang Rani lagi disini, ayah ibunya pun juga tidak ada”
Seketika itu kami pergi berjalan dan terus berjalan mencari Rani dan keluarganya,. Panasnya hari tak menghalangi niat kami untuk mencari Rani,Hujan turun juga tak mengurunkan niat kami tuk bertemu dengan Rani.
Hingga adzan maghrib aku dan Arum terjebak dalam gelapnya malam, dan itu menjadi kendala dalam mencari Rani.
“Tih, Hari sudah malam ayo kita pulang”
“iya aku fikir juga seharusnya begitu”
Kami pun memutuskan untuk mengkhiri pencarian Rani hari itu. Dan melanjutkannya besok hari. 1,2,3 hari Rani masih tak ada kabar, sampai hari kamis ini pun masih belum ada kabar lebih lanjut, Rani seperti hilang di telan bumi. Tak ada aral melintang ia pun menghilang. Aku menuangkan fikiranku kedalam bentuk tulisan yang isinya
Hilangnya arah
Disaat aku sedang melangkah
gelisah dan resah
Merasa hidup selalu salah dan serba salah
Aku begitu lelah,,
Menghadapi banyak masalah..
Namun.. apakah Tuhan akan marah
bila aku menyerah..?
Maafkan aku tuhan...
Mungkin aku harus tabah
Hadapi semua masalah..
Akan ku awali segala sesuatu dengan basmalah...
Agar aku tidak salah melangkah
Semoga hidup terasa cerah juga terarah...
Jangan menyerah...
Suatu hari aku dan Arum berjalan mengikuti arah kaki melangkah, yang tak tau harus kemana, tak tau harus dengan cara apa lagi mencari Rani, tiba – tiba sesosok wanita dari arah yang berlawanan datang menghampiri kami.
Disaat aku sedang melangkah
gelisah dan resah
Merasa hidup selalu salah dan serba salah
Aku begitu lelah,,
Menghadapi banyak masalah..
Namun.. apakah Tuhan akan marah
bila aku menyerah..?
Maafkan aku tuhan...
Mungkin aku harus tabah
Hadapi semua masalah..
Akan ku awali segala sesuatu dengan basmalah...
Agar aku tidak salah melangkah
Semoga hidup terasa cerah juga terarah...
Jangan menyerah...
Suatu hari aku dan Arum berjalan mengikuti arah kaki melangkah, yang tak tau harus kemana, tak tau harus dengan cara apa lagi mencari Rani, tiba – tiba sesosok wanita dari arah yang berlawanan datang menghampiri kami.
“Ratih, Arum, sedang apa kalian berada di sini?”
“Rani, kau rani kan?”
“ iya, aku Rani.”
“Sudah lama kami mencarimu ternyata kau berada disini”
“buat apa kalian mencari keberadaanku, kalian ingin mengucilkan ku seperti anak – anak satu sekolahan” tanya nya dengan nada tinggi
“niat kami tulus, ingin mencarimu, dan ingin tau apa yang telah terjadi selama ini?” jawabku
“Rani apa yang terjadi dengan mu, apa yang terjadi dengan Rumahmu, mana ayah ibumu?” sambung Arum
“kalian gak usah mengkhawatirkan aku, karena aku gak butuh itu., yang ku btuhkan saat ini adalah uang yang banyak supaya hidup ku enak, tak perlu lagi mengamen di pinggir jalan di tengah teriknya matahari ini”
Arum menghela nafasnya, dan seketika ia menjatuhkan tangannya di pundak Rani, yang ampak masih kesal dengan keadaannya sekarang,
“Ran, kami ini sahabatmu, kami sungguh khawatir dengan keadaanmu,”
“sungguh Ran, kami tak mengada – ngada, bahkan untuk menemukanmu saja kami rela hujan- hujanan dan bediri di tengah teriknya matahari, seperti hari ini”
“kalian memang sahabatku, maafkan aku yang tak tau berterimakasih, yang selalu buat kalian susah”
Rani menceritakan semua kejadian yang menimpanya, dan perlahan – lahan air matanya turun membasahi pipi manisnya, setelah tau kami mengetahui itu, kami berniat mengajaknya ikut bersama kami, tapi sebelum kami mengucapkan kata itu terdengar suara yang sangat halus keluar dari mulut mungilnya itu.
“aku tak ingin menyusahkan kalian lagi, aku tak ingin kalian ikut dalam masalahku kali ini, aku memang tak punya ayah ibu tapi aku mampu hidup disini dengan seala kadarnya, aku tak ingin ikut bersama kalian, karena aku hanya akan menyusahkan hidup kalian”
Kami bisa memaklumi itu karena Rani bukan tipe orang yang mau menerima bantuan dengan begitu saja, kalau pun mau itu hanya paksaan dari kami. Mungkin ini adalah jalan terbaik baginya, karena ku tahu dia adalah sosok wanita yang teguh pendiriannya dan kuat
“sebaiknya kalian pulang saja, hari sudah gelap, jika kalian ingin bertemu denganku datanglah kegubuk ini karena disinilah aku tinggal.”
“ya, tapi kau harus janji kepada kami, jika kau akan baik- baik saja disini. Kami akan selalu menghawatirkan mu Ran.
“Terimakasih sahabat- sahabatku, kalian akan tetap menjadi sahabat terbaikku hingga akhir hayat ini.
Aku selalu terkagum dengan sahabatku itu, dia selalu bisa menutupi semua masalahnya, mengapa aku tak bisa, ternyata aku termasuk orang – orang yang beruntung.benar yang dikatakan band d’masiv,
“Tak ada manusia yang terlahir sempurna, jangan kau sesali segala yang terlah terjadi. Kita pasti pernah dapatkan cobaan yang berat, seakan hidup ini tak ada artinya lagi
Syukuri apa yang ada hidup adalah anugrah”
Tak selayaknya aku selalu mengeluh dengan keadaan ku ini, ternyata allah masih memberi kemudahan padaku. Terimakasih ya allah.
Hari berganti hari, bulan berganti dengan tahun, suasanan pun kini telah berubah, tak kusangka waktu cepat bergulir, seperti angin yang berhembus atau mungkin seperti air yang mengalir ke muara dan tak pernah kembali lagi. Tiba saatnya aku harus meninggalkn sekolah yang aku cintai, namun aku sangat sedih karna aku melewatkan masa- masa indah dan bahagia ini tanpa sahabat ku rani. Sudah hampir 1 tahun aku tak bejumpa dengannya, apa kabarnya ya, apa dia sudah melupakan ku, sahabat terbaiknya. Tiba- tiba dari arah belakang
“ hei ratih!! Ternyata itu adalah Deka. Perasaan senang pun menyelimuti hatiku
“hei juga, ada apa Deka” jawabku dengan gerogi
“setelah ini kamu mau melanjutkan kuliah kemana tih, kamu kan termasuk anak yang cerdas aku yakin kamu pasti mendapat beasiswa dari negara”
“ia ka, saya memang mendapat beasiswa dan saya akan melanjutkan ke UI fakultas kedokteran, saya sangant bersyukur sekali dengan semua ini”
‘ selamat ya tih, moga kamu akan sukses dan bertemu dikemudian hari dengan ku” sambil menjabat tangan ku
Kemudian dari arah sebelah kanan datanglah arum menghampiriku. Ketika itu juga, deka pergi untuk merayakan kelulusannya ini
“hai tih, bagai mana dengan hasil ujian mu, apa kamu bangga dengan hasil yang kamu peroleh itu?
“alhamdulillah aku bangga dengan hasil yang ku peroleh, bagai mana dengan kamu?”
“aku juga begitu tih, namun aku sangat merindukan sahabat kita yang malang, aku sangat menyesal karna tidak bisa membantunya, hingga dia tidak bisa merasakan seperti yang kita rasakan saat ini.” Ucap arum dengan meneteskan air mata, lalu ku berikan sepucuk tisu untuk mebersihkan air matanya itu.
“aku pun juga begitu, andai dia disini mungkin kita akan merasakan kebahagian ini bersama, kenapa takdir berkata lain dan membiarkan dia pergi meninggalkan kita. Apa dia baik- baik saja disana?, apakah dia hidup bahagia?. kami sangat merindukan mu, rani. Semoga kita dapat berjumpa kelak. Best friend forever”.
Satu, dua, dan tiga bulan sudah ku berpisah dengan sahabat- sahabatku, ku dengar arum melanjutkan kuliah ke eropa, sungguh ku terkejut mendengarnya, tak kusangka dia dapat bersekolah dinegeri salju. Ternyata pamannya adalah orang kaya, yang mempunyai lebih dari 30 perusahaan besar di indonesia, alangkah bahagianya dia. Sedangkan aku hanya melanjutkan di UI fakultas kedokteran, namun aku tetap bangga dengan apa yang kuperoleh ini, yang penting pada akhirnya kita sama- sama bisa sukses, amin. Hampir lupa kalau aku masih menyimpan nomer handphone si arum. Setiap satu minggu sekali kami selalu mengobrol bahkan terkadang kita menggunakan webcam untuk tetap bisa berkomunikasi seperti halnya berbicara langsung dengannya sehingga ku tak pernah melupakannya
Satu tahun berjalan dan tak kuduga dan tak pernah kusangka dia pulang keindonesia karena sedang liburan, kita bertemu disebuah kafe di jakarta, kami mengobrol banyak dan sambil tertawa karena teringat masa lalu.
“hai tih, apa kabar mu?” tanyannya dengan menjabat tangan ku
“aku baik- baik saja dan seperti yang kamu lihat aku sehat, o ya kenapa kamu pulang tidak memberi tahu aku dulu, kamu membuat aku kaget saja rum”
“ya kalau aku bilang ke kamu bukan surprise namanya, seperti baru mengenal ku saja kamu ini, aku kan memang penuh dengan kejutan” ledeknya
“iya juga sih. kamu ingat gak rum, saat kamu dulu jatuh dari bangku karna dikerjai sama siapa itu, em si amin, dia itu menyebalkan sekali” kata ku sambil tertawa
“ya tentu saja aku ingat, sebel banget aku waktu itu, tambah lagi kamu sama rani nertawain aku juga, hampir saja aku menangis tau enggak” jawabnya dengan agak sebal
“ walau tak tega melihatmu namun aku tak kuasa menahan mulutku untuk tertawa, maaf ya. Tapi itu adalah momen yang tak terlupakan, bukan begitu rum?”
“benar sekali, o ya kamu pernah bertemu dengan rani enggak? Aku kangen banget sama dia, sudah dua tahun ku tak melihatnya, apa kabarnya ya?”
“jangankan bertemu, melihatnya saja aku tak pernah, semoga saja dia selalu ingat dengan kita. Aku tak kan pernah melupakannya”
Matahari sudah mulai meninggalkan jejak jingga dan beranjak pergi, kami pun menyudahi pertemuan ini dan saling berpelukan untuk melepas kerinduan kami. Mungkin suatu saat kita akan bertemu lagi, karena dia besok sudah kembali keeropa. Sungguh pertemuan yang akan berkesan sampai akhir nanti, dan sahabatku yang bernama rani itu aku tak pernah mengetahuinya, semoga saja dia baik- baik saja, jangan sampai dia melupakan ku dan arum. Karna janji kita “the best friend forever”.
0 Response to "ARTI Sahabat"
Posting Komentar