Makalah HIPOTIROID
MAKALAH SISTEM ENDOKRIN
HIPOTIROID
Disusun oleh:
KELOMPOK : 4
1.
AHMAD SAIKU LUTFI
2.
ANDICKA PRATAMA
3.
DWI ROHMAWATI
4.
FATIMAH NURCAHYA PUTRI
5.
RAYON MARDIWASIS
6.
YENI MUSTIKA
7.
YULI HESTI MALINDA SAGALA
Dosen
: Septi Kurniasari, M. Kep., Sp. KMB
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
BANDAR LAMPUNG
TA. 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesainya makalah Hipotiroid dalam memenuhi tugas
mata kuliah Sistem Endokrin.
Makalah ini disusun berupaya meningkatkan kemampuan
dalam pemahaman mengenai Hipotiroid . Materi dalam makalah ini bersumber dari
buku atau media cetak , dan informasi dunia maya ( Internet ) .
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
mata kuliah Sistem Endokrin yang telah memberikan tugas
dalam upaya meningkatkan kemampuan kami untuk memahami materi tersebut dan
sebagai pembelajaran secara berkelompok .
Dalam
penyusunan makalah ini , Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan
pengetahuan penyusun , oleh sebab itu
kritik dan saran sangat diperlukan untuk
penyempurnaan makalah ini dan demi kualitas penyusunan makalah selanjutnya
.
Bandar Lampung, 19 Maret 2013
Penyusun
Halaman Judul ................................................................
Kata Pengantar ................................................................ 2
Daftar isi ................................................................ 3
BAB
I PENDAHULUAN ...................................................................... 3
1.1
Latar Belakang ...................................................................... 3
1.2 Tujuan ...................................................................... 4
BAB
II PEMBAHASAN ...................................................................... 5
2.1
Definisi ...................................................................... 5
2.2 Etiologi ...................................................................... 5
2.3 Jenis - jenis ...................................................................... 5
2.4 Gejala – gejala ...................................................................... 6
2.5 Fatofisiologi ...................................................................... 7
2.6 Gambaran Klinis ...................................................................... 8
2.7 Pemeriksaan Diagnostik ..................................................................... 8
2.8 Penatalaksanaan Medis dan Komplikasi ......................................... 8
2.9 Asuhan keperawatan ..................................................................... 9
BAB III PENUTUP ...................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ...................................................................... 15
3.2
Saran ..................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 16
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terletak trakea, esofagus, pembuluh
darah besar, dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea sambil
melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Arteri karotis komunis,
arteri jugularis interna, dan nervus vagus terletak bersama di dalam sarung
tertutup do laterodorsal tiroid. Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid
sebelum masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke
dalam ruang antara fasia media dan prevertebralis.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin. Bentuk
aktif hormon ini adalah triiodotironin yang sebagian besar berasal dari
konversi hormon tiroksin di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar
tiroid. Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid
(Thyroid Stimulating Hormon) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar
hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktivitasnya
oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi, yang bertindak sebagai umpan balik
negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas
tirotropin dari hipothalamus. Hormon tiroid mempunyai pangaruh yang
bermacam-macam terhadap jaringan tubuh yang berhubungan dengan metabolisme sel.
Kelenjar tiroid juga mengeluarkan kalsitonin dari sel parafolikuler.
Kalsitonin adalah polipeptida yang menurunkan kadar kalsium serum, mungkin
melalui pengaruhnya terhadap tulang.
Hormon tiroid memang suatu hormon yang dibutuhkan oleh hampir semua proses
tubuh termasuk proses metabolisme, sehingga perubahan hiper atau hipotiroidisme
berpengaruh atas berbagai peristiwa. Efek metaboliknya antara lain adalah
termoregulasi, metabolisme protein, metabolisme karbohidrat, metabolisme lemak,
dan vitamin A.
Status tiroid seseorang ditentukan oleh kecukupan sel atas hormon tiroid
dan bukan kadar normal hormon tiroid dalam darah. Ada beberapa prinsip faal
dasar yang perlu diingat kembali. Pertama bahwa hormon yang aktif adalah free-hormon.
Kedua bahwa metabolisme sel didasarkan adanya free T3 bukan free T4. ketiga
bahwa distribusi enzim deyodinasi I, II, dan III (DI, DII, DIII) di berbagai
organ tubuh berbeda, dimana DI banyak ditemukan di hepar, ginjal, dan tiroid.
DII utamanya di otak, hipofisis dan DIII hampir seluruhnya di jaringan fetal
(otak, plasenta). Hanya DI yang direm oleh PTU.
1.2
Tujuan
Tujuan makalah ini adalah mengetahui
tinjauan mengenai hipotiroid Diantaranya adalah:
- ü Mengetahui Definisi Hipotiroidü Menyebutkan Penyebab Hipotiroidü Mengetahui dan Mengenal jenis serta gejalanyaü Menyebutkan dan menjelaskan Ganbaran klinisü Mengetahui dan Mengenal pemeriksaan Diagnnostikü Menyelesaikan kasus-kasus yang berkaitan dengan hipotiroidü Mengenal dan menyebutkan Komplikasi dan penatalaksanaanü Mampu merumuskan Diagnosa keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hipotiroid
Hipotiroid
adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang
rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid.
Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan
kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan,
dan banyak proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai
konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk tubuh.
2.2 Etiologi
Hipotiroid
adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai 5% dari
populasi mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi
pada wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan
umur.
Dibawah adalah suatu daftar dari
beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada orang-orang dewasa diikuti oleh
suatu diskusi dari kondisi-kondisi ini.
a.
Hashimoto's
thyroiditis
b.
Lymphocytic
thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
c.
Penghancuran
tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)
d.
Penyakit
pituitari atau hipotalamus
e.
Obat-obatan
f.
Kekurangan
yodium yang berat
2.3 Jenis-jenis Hipotiroid
Lebih dari
95% penderita hipotiroid mengalami hipotiroid primer atau tiroidal yang mengacu
kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid
disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya
hipotiroid sentral (hipotiroid sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya
disebabkan oleh hipofisis hipotiroid tersier.
a.
Primer
1.
Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan
setelah tiroiditis, defisiensi yodium
2.
Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah
pemberian yodium radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
b. Sekunder :
kegagalan
hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan pituitari
(↓ TSH, ↓ T4 bebas)
2.4 Gejala- gejala hipotiroid
Gejala-gejala
hipotiroid adalah seringkali tidak kelihatan. Mereka tidak spesifik (yang
berarti mereka dapat meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain) dan
adalah seringkali dihubungkan pada penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid
ringan mungkin tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala
umumnya menjadi lebih nyata ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari
keluhan-keluhan ini berhubungan dengan suatu perlambatan metabolisme tubuh.
Gejala-gejala
umum sebagai berikut:
v Kelelahan
v Depresi
v Kenaikkan berat badan
v Ketidaktoleranan dingin
v Ngantuk yang berlebihan
v Rambut yang kering dan kasar
v Sembelit
v Kulit kering
v Kejang-kejang otot
v Tingkat-tingkat kolesterol yag
meningkat
v Konsentrasi menurun
v Sakit-sakit dan nyeri-nyeri yang
samar-samar
v Kaki-kaki yang bengkak
Ketika penyakit menjadi lebih berat,
mungkin ada bengkak-bengak disekeliling mata, suatu denyut jantung yang
melambat, suatu penurunan temperatur tubuh, dan gagal jantung. Dalam bentuknya
yang amat besar, hipotiroid yang berat mungkin menjurus pada suatu koma yang
mengancam nyawa (miksedema koma). Pada seorang yang mempunyai hipotiroid yang
berat, suatu miksedema koma cenderung dipicu oleh penyakit-penyakit berat,
operasi, stres, atau luka trauma.
Kondisi ini memerlukan opname (masuk
rumah sakit) dan perawatan segera dengan hormon-hormon tiroid yang diberikan
melalui suntikan di diagnosis secara benar, hipotiroid dapat dengan mudah dan
sepenuhnya dirawat dengan penggantian hormon tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid
yang tidak dirawat dapat menjurus pada suatu pembesaran jantung (cardiomyopathy),
gagal jantung yang memburuk, dan suatu akumulasi cairan sekitar paru-paru
(pleural effusion).
2.5 Patofisiologi
Hipotiroid
dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada respon
jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut
:
1. Hipotalamus
membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang hipofisis
anterior.
2.
Hipofisis
anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH)
yang merangsang kelenjar tiroid.
3.
Kelenjar
tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan Tetraiodothyronin
= T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi:
konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein,
karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon
lain.
Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT
yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak
adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang
rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena.
tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroid yang
disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH,
dan TRH.
2.6 Gambaran
Klinis
a.
Kelambanan,
perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
b. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema),
dan penurunan curah jantung.
c.
Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan
kaki
d. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan
nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cema
e.
Konstipasi
f.
Perubahan-perubahan
dalam fungsi reproduksi
g. Kulit kering
dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
2.7 Pemeriksaan
Diagnostik
a.
Untuk
mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya mengukur jumlah TSH
(Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis.
b. Level TSH
yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yg
adekuat (terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3).
c.
Tetapi untuk
mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn hanya mengukur
level TSH.
d. Oleh itu,
uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih
disuspek), sbb:
1. free
triiodothyronine (fT3)
2. free
levothyroxine (fT4)
3. total T3
4. total T4
5. 24 hour
urine free T3
2.8 Penatalaksanaan
Medis dan Komplikasi
Koma
miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi
(perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil,
hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua
gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa
diberikan secara intravena.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu
dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah
hormon tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan
(diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang
serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal.
Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti
hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan
saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
2.9 Asuhan keperawatan
v Pengkajian
Dampak
penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu
lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak
mungkin informasi antara lain:
a. Identitas pasien :
- Nama -Umur - Jenis
kelamin -Pekerjaan -Berat badan -Tinggi badan.
b. Keluhan utama :
c. Riwayat kesehatan :
d. Kebiasaan hidup
sehari-hari seperti:
1.
Pola makan
2.
Pola tidur
3.
Pola
aktivitas
e.
Pemeriksaan
fisik mencakup :
1) Sistem
intergument, seperti : kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan
menebal,pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut
rontok dan pertumbuhannya rontok.
2) Sistem
pulmonary, seperti : hipoventilasi, pleural efusi, dispenia
3) Sistem
kardiovaskular, seperti : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi
terhadap aktifitas menurun, hipotensi.
4) Metabolik,
seperti : penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi
terhadap dingin.
5) Sistem
musculoskeletal, seperti : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang
melambat.
6) Sistem
neurologi, seperti : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan
terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran,
penurunan refleks tendom.
7) Gastrointestinal,
seperti : anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi abdomen.
8) Psikologis
dan emosional ; apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik diri/kurang percaya
diri, dan bahkan maniak.
f.
Pemeriksaan
Penunjang :
1) Pemeriksaan
kadar T3 dan T4 pada pasien yaitu : Kadar T3 15pg/dl, dan kadar T4
20µg/dl.
2) Pemeriksaan
TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar
TSH dapat menurun atau normal) : Kadar TSH pada pasien tersebut yaitu <0,005µIU/ml,
g.
Pemeriksaan
USG : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat tentang
ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul h.
h.
Analisis
Data :
1) Gangguan
persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi impuls sensorik
sebagai akibat oftalmopati .
2) Penurunan
curah jantung berdasarkan penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi,
hipotensi.
3) Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan kebutuhan
metabolisme, dan napsu makan yang menurun.
4) Pola nafas
tidak efektif berdasarkan penurunan tenaga/ kelelahan, ekspansi paru yang
menurun, dispnea.
v 3.2 Diagnosa
Keperawatan
a.
Gangguan
persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi impuls sensorik
sebagai akibat oftalmopati.
b. Penurunan
curah jantung berdasarkan penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi,
dan hipoventilasi.
c.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan kebutuhan
metabolisme: napsu makan menurun.
d. Intoleran
aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
e.
Perubahan
suhu tubuh.
f.
Konstipasi
berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
g. Pola napas
tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
h. Perubahan
pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status
kardiovaskuler serta pernapasan.
v 3.3 Intervensi
Dx 1.
Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi impuls
sensorik sebagai akibat oftalmopati.
Tujuan : agar pasien tidak mengalami penurunan visus
yang lebih buruk dan tidak terjadi trauma/cedera pada mata.
Intervensi :
1.
Anjurkan
pada pasian bila tidur dengan posisi elevasi kepala.
2.
Basahi mata
dengan borwater steril.
3.
Jika ada
photophobia, anjurkan pasien menggunakan kacamata rayben
4.
Jika pasien
tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur, gunakan plester non alergi.
5.
Berikan
obat-obatan steroid sesuai program. Pada kasus-kasus yang berat, biasanya
dokter memberikan obat-obat untuk mengurangi edema seperti steroid dan
diuretik.
Dx 2. Penurunan curah jantung berdasarkan penurunan
volume sekuncup sebagai akibat bradikardi, hipoventilasi.
Tujuan : agar fungsi kardiovaskuler
tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah, dan irama jantung dalam batas
normal.
Intervensi :
1. Pantau
tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam untuk mengindikasi
kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti hipotensi,
penurunan pengeluaran urine dan perubahan status mental.
2. Anjurkan
pasien untuk memberitahu perawat segera bila pasien mengalami nyeri dada,
karena pada pasien dengan hipotiroid kronik dapat berkembang arteiosklerosis
arteri koronaria.
3. Kolaborasi
pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejalah-gejalah.
Obat yang sering digunakan adalah levotyroxine sodium.
Observasi dengan ketat adanya nyeri dada dan dispenia. Pada dosis awal pemberian obat biasanya dokter memberikan dosis minimal, yang kemudian ditingkatkan secara bertahap setiap 2 – 3 minggu sampai ditemukan dosis yang tepat untuk pemeliharaan.
Obat yang sering digunakan adalah levotyroxine sodium.
Observasi dengan ketat adanya nyeri dada dan dispenia. Pada dosis awal pemberian obat biasanya dokter memberikan dosis minimal, yang kemudian ditingkatkan secara bertahap setiap 2 – 3 minggu sampai ditemukan dosis yang tepat untuk pemeliharaan.
4. Ajarkan
kepada pasien dan keluarga cara penggunaan obat serta tanda-tanda yang harus
diwaspadai bila terjadi hipertiroid akibat penggunaan obat yang berlebihan.
Dx 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berdasarkan penurunan kebutuhan metabolisme dan napsu makan menurun.
Tujuan : agar nutrisi pasien dapat
terpenuhi dengan kriteria : berat badan bertambah,tekstur kulit baik.
Intervensi :
1.
Dorong
peningkatan asupan cairan
2.
Berikan
makanan yang kaya akan serat
3.
Ajarkan
kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.
4.
Pantau
fungsi usus
5.
Dorong klien
untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
6.
Kolaborasi :
untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan
Dx 4.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
Tujuan : agar pasien dapat
beristirahat.
Intervensi :
1. Atur
interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang
dapat ditolerir.
2. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
3. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan
stress.
4. Pantau respon pasien terhadap peningkatan aktivitas.
Dx 5.
Penurunan Suhu Tubuh.
Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh
normal.
Intervensi :
1. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.
2. Hindari dan
cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut
listrik atau penghangat).
3. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu
normal pasien.
4. Lindungi
terhadap hawa dingin dan hembusan angin.
Dx 6.
Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal.
Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang
normal.
Intervensi :
1.
Dorong
peningkatan asupan cairan.
2.
Berikan makanan yang kaya akan serat.
3.
Ajarkan
kepada pasien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.
4.
Pantau
fungsi usus
5.
Dorong pasien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi
latihan.
6.
Kolaborasi : untuk pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan.
Dx 7. Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.
Tujuan : Perbaikan status respirasi
dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi :
1. Pantau
frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah
arterial.
2. Dorong pasien untuk napas dalam dan
batuk.
3. Berikan obat (hipnotik dan sedatip)
dengan hati-hati.
4. Pelihara
saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika
diperlukan.
Dx 8.
Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan
status kardiovaskuler serta pernapasan.
Tujuan : Perbaikan proses berpikir
Intervensi :
1. Orientasikan
pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
2. Berikan
stimulasi lewat percakapan dan aktifitas
3. Jelaskan kepada
pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan
akibat dan proses penyakit .
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan Buku Patologi,
disebutkan defisiensi ataupun resistensi perifer terhadap hormon tiroid
menimbulkan keadaan hipermetabolik terhadap hipotiroidisme. Apabila kekurangan
hormon timbul pada anak-anak dapat menimbulkan kretinisme. Pada anak yang sudah
agak besar atau pada umur dewasa dapat menimbulkan miksedema, disebut demikian
karena adanya edematus, penebalan merata dari kulit yang timbul akibat
penimbunan mukopolisakarida hidrofilik pada jaringan ikat di seluruh tubuh.
Pada Buku Ilmu Kesehatan Anak,
kretinisme atau hipotiroidisme kongenital dipakai kalau kelainan kelenjar tiroidea
sudah ada pada waktu lahir atau sebelumnya. Kalau kelainan tersebut timbul pada
anak yang sebelumnya normal, maka lebih baik dipakai istilah hipotiroidisme
juvenilis atau didapat.
3.2 Saran
Peran perawat dalam penanganan
hipotiroidisme dan mencegah terjadinya hipotiroidisme adalah dengan memberikan
asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus
dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi
seiring dengan kejadian hipotiroidisme.
DAFTAR PUSTAKA
Flynn RW, McDonald TM,
Jung RT, et al. Mortality and vascular outcomes in patients treated for thyroid
dysfunction, http://www.aafp.org/afp/20071001/bmj.html last log in : December 1,2007
McDermott MT, Woodmansee
WW, Haugen BR, Smart A,Ridgway EC. The Management of subclinical
hyperthyroidism by thyroid specialists. Thyroid 2004,90-110
Van Sande J, Parma J,
Tonacchera M, Swillens S, Dumont J,Vassart G. Somatic and clinical in thyroid
diseases.2003, 201-220
0 Response to "Makalah HIPOTIROID"
Posting Komentar