makalah sistem imun dan hematologi

SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI





KELOMPOK 6 :
1.  Andika Putra
2.  Dwi Rohmawati
3.  Tika Arsita
4.  Restina
5.  Ardiyansyah
6.  I Puti Edy S

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA LAMPUNG
PRODI KEPERAWATAN
T.A. 2011/2012

Kasus 1 :        Tn. D datang ke Rumah Sakit dengan diantar keluarga.
            Tn. D mengeluh pusing , lemas , menggigil , nyeri punggung dan lambung serta sesak nafas dan mudah lelah saat beraktivitas , tidak nafsu makan , mual , muntah .
Tn. D mengatakan dia mengira hanya kelelahan dan jadwal makan tidak teratur tapi lama – lama makin parah. Setelah diperiksa TD=100/70 , suhu= 35°C , RR= 24x/menit , BB = 58kg , TB = 167cm.
Tn. D terdapat konjungtiva anemis , kelelahan bekerja , jadwal makan tidak teratur , badan teraba dingin , palpasi abdomen diketahui mengalami spenomegali dan saat auskultasi terdengar bunyi usus menurun. Porsi makan tidak habis. Warna urin pekat , feses keras dan hitam , pemeriksaan lab menunjukkan eritrosit 3000 sel.

Soal :
1. Kelompokkan DO dan DS!
2. Selain pemeriksaan penunjang di atas , pemeriksaan apalagi yang harus dilakukan dan apa kegunaannya?
3. Buat skema patofisiologinya!
4. Susunlah rencana keperawatannya Tn.D!


PEMBAHASAN

1.    Data Objektif :  - Pemeriksaan TTV :
           TD=100/70 ,
           suhu= 35°C ,
           RR= 24x/menit ,
           BB = 58kg ,
           TB = 167cm.
o      klien terdapat konjungtiva anemis dan badan teraba dingin
o      pada saat palpasi abdomen terdapat spenomegali
o      pada auskultasi terdengar bunyi usus menurun.
o      Porsi makan yang diberikan tidak habis
o      Warna urin pekat serta feses keras dan hitam
o      eritrosit 3000 sel/
          Data Subjektif :
ü  klien mengeluh pusing , lemas , menggigil , nyeri punggung dan lambung.
ü   klien mengatakan sesak nafas dan mudah lelah saat beraktivitas atau bekerja.
ü   klien mengatakan tidak nafsu makan , mual , muntah .
ü  klien mengatakan jadwal makan yang tidak teratur.

2.    Pemeriksaan penunjang
ü  DAT  (Direct Antiglobulin Test )
o   mendeteksi adanya autoantibodi (IgG) yang menyelubungi eritrosit. 
ü  Feritin
o   Untuk mengetahui ada tidaknya kekurangan zat besi dalam tubuh yang mengarah ke resiko menderita anmia.
ü  Pemeriksaan diagnostic
o   untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis

Tes laboratorium untuk diagnosis anemia
Diagnosis anemia meliputi berikut analisis laboratorium dan tes (1-5):
  • Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai untuk darah hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal.
Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop sel mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan anemia.
Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel mungkin tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut macrocytic anemia.
  • Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin rendah menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi kekurangan anemia.
  • Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel darah merah (RDW).
  • Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC tingkat normal.
  • Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika karena kekurangan vitamin ini.
  • Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang terlihat dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga menunjuk ke arah besi kekurangan anemia.
Sumsum tulang diperoleh dengan memasukkan jarum berongga ke tulang dada atau tulang pinggul dan menarik jumlah kecil sumsum. Sampel kemudian ditempatkan pada sebuah slide kaca dan bernoda pewarna khusus. Ini diperiksa di bawah mikroskop.
  • Mengikat besi kapasitas. Kapasitas rendah mengikat besi menunjukkan besi kekurangan anemia.
  • Pada wanita keturunan Afrika, Mediterania atau Asia Tenggara, anemia ringan yang tidak menanggapi besi terapi mungkin karena talasemia kecil atau sifat sel sabit.
Ini dapat dideteksi dengan tes genetik dan Elektroforesis darah. Hemoglobin Elektroforesis mengidentifikasi berbagai hemoglobins yang tidak normal dalam darah. Hal ini digunakan untuk mendiagnosa anemia sel sabit, thalassemias, dan bentuk-bentuk warisan anemia.
  • Karya lengkap up termasuk penilaian tersembunyi fokus untuk pendarahan di perut atau usus. Fungsi hati dan ginjal dievaluasi untuk memeriksa apakah anemia karena hati kronis atau penyakit ginjal.


3.    PatofisiologiDescription: anim.jpg



4.    Rencana Keperawatan
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Perubahan perfusi jaringan
b.d Penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen

DS : Tn. D mengeluhkan pusing , lemas, menggigil, nyeri punggung dan lambung, serta sesak nafas dan mudah lelah saat beraktivitas.
DO :
-        -  Badan pasien   teraba dingin
-       - Pasien tampak pucat dan konjungtiva pucat
-          TD : 100/70 mmHg
-          Suhu : 350
-          RR : 24x/menit
-          Jumlah eritrosit 3000 sel/mm3
Peningkatan perfusi jaringan

KH :
-          Keadaan umum Tn. D membaik
-          TD : 120/80 mmHg
-          Suhu 36,5C – 37C
-          Jumlah Eritrosit 5000 – 9000 sel/mm3
-    - Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.


-   -  Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.




-   - Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.


- 
    -  Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.



    - Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium.


-    - Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

-    - Berikan transufi darah sesuai indikasi
-   -  Memberikan informasi tentang derajat / keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.

-   - Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan :kontraindikasi bila ada hipotensi.
-    Gemericik menununjukkan gangguan jantung karena regangan jantung lama / peningkatan kompensasi curah jantung.
-  
   -  Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.

-Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.

-Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

-   - Meningkatkan jumlah sel darah merah
2.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
b.d nafsu makan menurun, mual.

DS :
  Tn D mengatakan tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah
  Tn D mengatakan sebelum sakit berat badan nya 65 Kg.
DO :
  Porsi makan yang diberikan tidak habis
  Keadaan umum buruk
  BB : 58 Kg
Kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh

KH :
  Keadaan umum membaik
  Tn D dapat menghabiskan porsi makan yang diberikan
  Mengalami peningkatan BB
-       Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai
-       Observasi dan catat masukkan makanan pasien


-       Timbang berat badan setiap hari.


-       Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan
-       Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan
-       Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.

-       Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.


-       Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium


-       Kolaborasi; berikan obat sesuai indikasi
-       Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi
-       Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan
-       Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi
-       Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster
-       Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.


-       Meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
-       Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual
-       Meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
-       Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
3.
Konstipasi b.d penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.

DS : Tn D mengatakan lambung nya nyeri
DO :
   Urine pekat dan feses hitam
   Pada Auskultasi terdengar bunyi usus menurun.
Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus

KH :
-          Tn D mengatakan lambungnya tidak nyeri lagi
-          Warna urine normal, dan warna feses normal serta konsistensi yang normal
-          Bunyi usus normal.
-          Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah

-          Auskultasi bunyi usus



-          Awasi intake dan output (makanan dan cairan).




-          Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung


-          Hindari makanan yang membentuk gas
-          Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.
-          Kolaborasi ahli gizi untuk diet seimbang dengan tinggi serat dan bulk.






-          Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi)
-          Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).
-     Membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.
-     bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi
-     dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet
-     membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare
-     menurunkan distress gastric dan distensi abdomen
-     mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan









-     serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.
-     mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.







-     menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
4.
Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan, kelemahan fisik.

DS : Tn D mengeluhkan pusing, lemas, serta sesak nafas dan mudah lelah saat beraktivitas.
DO :
          TD : 100/70 mmHg
          RR : 24x/i
          HR : 85x/i
Dapat mempertahankan /meningkatkan ambulasi/aktivitas

KH :
        Tn D dapat beraktivitas dengan normal.
        RR : 12 – 21x/i
        HR : 60 – 80x/i
        TD : 120/80 mmHg
-     Kaji kemampuan ADL pasien.


-     Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.


-     Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan
-     Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi.
-     Gunakan teknik menghemat energi,





-     Anjurkan pasien untuk mengehentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi.
-    Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan

-    Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan
-    Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru

-    Meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
-    Mendorong pasien melakukan banyak aktivitas dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan.
-    Regangan/stress kardiopulmonal berlebihan dapat menimbulkan dekompensasi /kegagalan
5.
Kurang pengetahuan
Kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

DS : Tn D mengatakan bahwa awalnya dia mengira kalau dia hanya kelelahan bekerja dan jadwal makan tidak teratur, tapi lama kelamaan penyakitnya bertamabah parah.
DO : -
Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
KH :
Pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
Mengidentifikasi factor penyebab.
Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
        Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
        Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic





        Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya

        Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.

        Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan
        memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi

        ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
        megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya
        dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien akan tenang dan mengurangi rasa cemas
        Mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "makalah sistem imun dan hematologi"

Posting Komentar