MAKALAH Paragraf


KATA PENGANTAR

Assalamu ‘ alaikum Wr . Wb .
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya Makalah Bahasa Indonesia ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia.
Dalam mata kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia, para mahasiswa/mahasiswi dituntut lebih aktif mencari dan membaca bahan–bahan yang diperlukan sebagai materi pendukung. Hal ini perlu dilakukan agar mahasiswa/mahasiswi mendapat pengetahuan yang lebih luas dan mendalam. Dengan demikian, diharapkan proses belajar mengajar berjalan baik. Berdasarkan alasan itulah Makalah Bahasa dan Sastra Indonesia ini disusun.
Namun demikian, Makalah ini masih perlu perbaikan. Kritik dan Saran sangat diperlukan demi kualitas penyusunan selanjutnya. Semoga materi yang disusun dalam Makalah ini dapat bermanfaat.



Bandar Lampung , 07 Desember 2011

Penyusun









DAFTAR ISI
Halaman

Kata Pengantar                      ……………………………………...           1                
Daftar Isi                                ………………………………………          2                                    
Bab 1 Pendahuluan               ………………………………………          3                
-         Latar Belakang            ……………………………………....          3       
-         Rumusan Masalah       ………………………........................                   3
         
Bab II Pembahasan                ……………………………………....          4                
Bab III Penutup                      ………………………………………          21     
3.1 Kesimpulan                       ………………………………………          21     
3.2 Saran                                ………………………………………          21     
Daftar Pustaka                       ……………………………………….                   22








BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam menulis sebuah karangan atau cerita tentunya selalu dijumpai susunan dari banyak kata yang membentuk kalimat. Kalimat-kalimat tersebut harus dihubungkan lagi sehingga terbentuk paragraf. Menyusun paragraf berarti menyampaikan suatu gagasan atau pendapat tertentu yang harus disertai dengan alasan ataupun bukti tertentu.
Menyusun suatu paragraf yang baik harus mempertahankan beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut antara lain adalah ide pokok yang akan dikemukakan harus jelas, semua kalimat yang mendukung paragraf itu secara bersama-sama mendukung satu ide, terdapat kekompakan hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain yang membentuk alinea, dan kalimat harus tersusun secara efektif (kalimat disusun dengan menggunakan kalimat efektif sesuai ide bisa disampaikan dengan tepat).
Oleh karena itu, untuk lebih memahami bagaimana menyusun sebuah paragraf yang benar dan mengetahui berbagai macam jenis paragraf, maka makalah ini disusun agar bisa menambah pengetahuan para pembaca tentang penggunaan paragraf yang baik.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil rumusan masalahnya sebagai berikut :
1.      Apa definisi dari paragraf?
2.      Apa manfaat dari paragraf?
3.      Bagaimana struktur dari paragraf?
4.      Sebutkan macam-macam bentuk dari sebuah paragraf!
5.      Bagaimana syarat dari sebuah paragraf yang efektif dan padu!


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Paragraf
Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru.
Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi-prosa, contohnya; tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti.
Sebuah "paragraf gantung" adalah paragraf dimana baris pertama paragraf tidak dimasukkan dan dimana baris selanjutnya dimasukkan.
Kerangka paragraf
§  Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.
§  Memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama.
§  Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.
§  Paragraf dibagi menurut jenis dan letak kalimat utamanya
§  Paragraf dibagi menurut jenis dan letak kalimat utamanya
§  Paragraf dibagi menurut jenis dan letak kalimat utamanya

2.2 Manfaat Paragraf
§  Bagi penulis paragraf dapat dijadikan alat untuk menjelaskan kepada pembaca tentang maksud dari ide pokok yang akan di utarakan.
§  Bagi pembaca paragraf dapat dijadikan alat untuk menggali informasi lebih dalam suatu ide pokok.
2.3 Struktur Paragraf
- Berdasarkan Jenis
Narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya: ada kejadian, ada palaku, dan ada waktu kejadian.
Contoh:
Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.
Deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan.
Contoh:
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita palestina.
Eksposisi adalah paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya. Ciri-cirinya: ada informasi.
Contoh:
Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif agama.
Argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya. Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya.
Contoh:
Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan "meta penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.
Persuasi adalah paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu. Contoh:
Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun kantor-kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.
-          Berdasarkan Letak Kalimat Utama
Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.
Contoh:
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya membuka usaha baru.
Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.
Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan, mendapat nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
Yang menjadi penjelasannya di atas adalah:
  1. Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak kelas tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
  2. Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis.
  3. Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
  4. Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang, mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman hanya mendapat nilai enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya adalah semua anak kelas tiga pandai mengarang.
Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain.
Contoh:
Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia sehingga penulis berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.
*        
o    Sebab-Akibat
Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B.


Contoh:
Era Reformasi tahun pertama dan tahun kedua ternyata membuahkan hasil yang membesarkan hati. Pertanian, perdagangan, dan industri, dapat direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi nasional pun meningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa bermiliar dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian, kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila mulai tahun ketiga Era Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup menerima pinjaman luar negeri dengan syarat yang kurang lunak untuk membiayai pembangunan.
Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola sebab-akibat adalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor penyebab.
*        
o    Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya.
Contoh:
Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu itu sedang sakit.
*        
o    Sebab-Akibat-1 Akibat-2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.


Contoh:
Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya. Hal ini karena Pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Karena harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang-barang pasti akan ikut naik karena biaya tambahan untuk transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga barang-barang akan dirasakan berat oleh rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha menaikkan pendapatan masyarakat.
Paragraf Campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf. Contoh:
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar adalah paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas.





Contoh:
Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan minuman. Harganya murah-murah, Sayang banyak lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah busuk. Dari sampah, lalat terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang yang makan tidak merasa terganggu oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum sambil beristirahat dan berkelakar.
Kalimat-kalimat yang membangun paragraf pada umumnya dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu (1) kalimat topik atau kalimat utama, dan (2) kalimat penjelas atau kalimat pendukung.
Kalimat topik atau kalimat utama, biasanya ditempatkan secara jelas sebagai kalimat awal suatu paragraf. Kalimat utama ini kemudian dikembangkan dengan sejumlahkalimat penjelas sehingga ide atau gagasan yang terkandung kalam kalimat utama itu menjadi semakin jelas.
Ciri kalimat topik adalah:
1.      mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci atau diuraikan lebih lanjut
2.      merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri
3.      mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain
4.      dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi.
Ciri kalimat penjelas adalah:
1.      (dari segi arti) sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri
2.      arti kalimat kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam paragraf
3.      pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung dan frasa transisi
4.      isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang mendukung kalimat topik
Kalimat-kalimat penjelas atau kalimat-kalimat bawahan itu menjelaskan kalimat topikdengan empat cara, yaitu:
1.      Dengan ulangan, yaitu mengulang balik pikiran utama. Pengulangannya biasanya menggunakan kata-kata lain yang bersamaan maknanya (sinonimnya).
2.      Dengan pembedaan, yaitu dengan menunjukkan maksud yang dikandung oleh pikiran utama dan menyatakan apa yang tidak terkandung oleh pikiran utama.
3.      Dengan contoh, yaitu dengan memberikan contoh-contoh mengenai apa yang dinyatakan dalam kalimat topik.
4.   Dengan pembenaran, yaitu dengan menambahkan alasan-alasan untuk mendukung ide pokok. Biasanya kalimat pembenaran itu diawali/disisipi kata “karena, sebab”.
2.4 Macam-Macam Paragraf
Jenis paragraf itu bermacam-macam, dan untuk menyebut jenisnya diperlukan dasar penyebutannya. Secara umum ada tiga dasar penjenisan paragraf, yaitu (1) posisi kalimat topiknya, (2) isinya, dan (3) fungsinya dalam karangan.
1.   Berdasarkan posisi atau letak kalimat topiknya, paragraf dibedakan atas:
a.   paragraf deduktif
b.   paragraf induktif
c.   paragraf deduktif-induktif
d.   paragraf ineratif
e.   paragraf deskriptif atau naratif.
Yang disebut paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terletak pada awal paragraf. Istilah deduktif berarti bersifat deduksi. Kata deduksi yang berasal dari bahasa Latin: deducere, deduxi, deductum berarti ‘menuntun ke bawah; menurunkan’;deductio berarti ‘penuntunan; pengantaran’. Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dari pernyataan yang bersifat umum, kemudian diturunkan atau dikembangkan dengan menggunakan pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus. Pernyataan yang bersifat khusus itu bisa berupa penjelasanrinciancontoh-contoh, atau bukti-buktinya. Karena paragraf itu dikembangkan dari pernyataan umum dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan khusus, dapatlah dikatakan bahwa penalaran paragraf deduktif itu berjalan dari umum ke khusus.
Sebaliknya, jika kalimat topik terletak pada akhir paragraf, paragraf tersebut disebut paragraf induktif. Istilah induktif berarti bersifat induksi. Kata induksi yang berasal dari bahasa Latin: ducere, duxi, ductum berarti ‘membawa ke; mengantarkan’; inducere, induxi, inductum berarti ‘membawa ke; memasukkan ke dalam’. Lebih lanjut istilah induksi dijelaskan sebagai metode pemikiran yang bertolak dari hal khusus untuk menentukan hukum atau simpulan. Karena pernyataan khusus dapat berupa contoh-contoh, dan pernyataan umum itu berupa hukum atau simpulan, maka dapat dikatakan bahwa paragraf induktif itu dikembangkan dari contoh ke hukum atau  simpulan.
Adakalanya seorang penulis tidak cukup menegaskan pokok persoalannya pada kalimat awal paragraf. Setelah menjelaskan isi kalimat topik atau memberikan rincian, contoh-contoh, atau bukti-buktinya, penulis merumuskan simpulannya dengan sebuah kalimat pada akhir paragrafnya. Simpulan itu dapat berupa kalimat awal paragraf tersebut, dan dapat pula dengan sedikit divariasikan, tetapi makna atau maksudnya sama. Paragraf semacam inilah yang disebut paragraf campuran. Sebab, menggunakan cara deduktif juga induktif.



Selain kedua paragraf di atas, terdapat pula jenis paragraf ineratif, yaitu paragraf yang memiliki kalimat topik di tengah paragraf. Adapun yang dimaksud dengan paragraph deskriptif/naratif atau penuh kalimat topik adalah paragraf yang tidak secara jelas menampilkan kalimat topiknya. Karena tidak jelas kalimat topiknya, ada orang yang menyebutnya sebagai paragraf tanpa kalimat topik. Walaupun kalimat topiknya tidak jelas, paragraf tersebut tetap memiliki topik atau pikiran utama yang berupa intisari paragraf. Paragraf semacam ini banyak kita jumpai dalam karangan berjenis naratif atau deskriptif. Oleh karena itu, paragraf semacam ini acap disebut juga paragraf naratif atau deskriptif.
Perhatikan contoh paragraf berikut ini!
Tanah gelap cokelat pekat. Gadis berkulit bening itu muncul dari rumah tua. Berdandan cantik, ranum, harum berahi. Langit terang gemerlap bintang-bintan, berpendar: jauh dan dekat, menyala dan redup. Ia berjalan di antara rumah-rumah rapuh tanpa penghuni. Kelelawar-kelelawar garang bersarang di dalam rumah-rumah melapuk, bercericit dan beterbangan dengan kepak sayap gaduh (S. Prasetyo Utomo: Langit Terang di Bumi yang Gelap).
Paragraf di atas terbentuk oleh enam buah kalimat. Kalimat awal paragraf bukan kalimat utamanya. Kalimat akhir pun bukan kalimat utamanya. Kalimat utama paragraf di atas tidak tersurat jelas. Namun, dapat disimpulkan bahwa pikiran utama atau topik paragraf di atas yaitu pada suatu malam gadis cantik itu meninggalkan rumahnya.
2.   Berdasarkan isinya, paragraf dibedakan atas:
a.   paragraf naratif
b.   paragraf deskriptif
c.   paragraf ekspositoris
d.   paragraf argumentatif
e.   paragraf persuasif.
Secara harfiah, paragraf naratif adalah paragraf yang bersifat atau berhubungan dengan karangan jenis narasi. Narasi adalah jenis karangan yang isinya mengisahkan kehidupan seseorang. Oleh karena itu, paragraf naratif adalah paragraf yang isinya mengisahkan kehidupan seseorang. (Bahasa Latin: narrare: menceritakan; bercerita; narratio: penceritaan; narrativus: bersifat penceritaan).
Perhatikanlah contoh paragraf di bawah ini!
Erwin adalah pekerja anak yang sehari-hari mengangkat pasir dari dasar Sungai Indanagawo di Gunung Sitoli, Pulau Nias, Sumatera Utara. Pekerjaan itu ia lakukan setiap usai pulang sekolah hingga sore hari. Dari pekerjaannya sebagai penambang pasir sungai tersebut, untuk satu kendaraan angkutan jenis Colt yang bisa ia isi penuh dengan pasir, Erwin mendapat bayaran hingga Rp 40.000,00. Hasil dari usahanya itulah yang membiayai pendidikannya, selain untuk ikut meringankan beban orang tuanya. (“Khazanah”, dalam Kompas, 6 Desember 2005: 13)
Paragraf deskriptif (dari bahasa Latin: describere: membuat gambaran; descriptio: pemerian, pembeberan, penggambaran) adalah paragraf yang isinya menggambarkan keadaan sesuatu atau suasana tertentu, atau yang isinya membeberkan hal orang, benda, keadaan, sifat, atau keadaan tertentu. Untuk memberikan gambaran tentang sesuatu, biasanya penulis merinci sesuatu itu secara lengkap dan cermat. Dengan membaca rincian yang lengkap dan cermat, pembaca memperoleh gambaran tentang keadaan atau sosok sesuatu.
Perhatikan contoh paragraf di bawah ini!
Mau tahu isi terowongan itu? Kalau kita masuk sekitar 30 meter ke depan, suasananya memang sangat gelap. Namun, di bawah atau di lantai yang kita pijak terdapat lampu petunjuk jalan. Setelah itu, kita bisa menjumpai lantai kaca yang di dalamnya hidup berbagai macam ular. Ada juga tembok kaca yang di dalamnya berisi berbagai macam binatang. (“Primata Tersisa di Schmutzer”, dalam Suara Merdeka, 10 September 2006: 28)

Paragraf ekspositoris (bahasa Latin: exponere: membentangkan, memaparkan) adalah paragraf yang berisi pemaparan sesuatu sehingga pembaca memperoleh wawasan atau pengetahuan yang disampaikan oleh penulis. Untuk mengkonkretkan pemaparannya, penulis mengemukakan contoh-contohbukti-bukti, atau proses sesuatu yang dikemukakannya.
Perhatikan contoh paragraf di bawah ini!
Pengalihan fungsi lahan hutan Penggaron akan menimbulkan ancaman bagi kita. Pengalihan fungsi lahan hutan  konservasi ini jelas akan menimbulkan kerawanan banjir. Hutan Penggaron selama ini dikenal sebagai lahan resapan air hujan. Air yang biasanya diserap oleh hutan akan meluncur langsung ke bawah. Ancaman banjir semakin membahayakan bila air yang meluncur itu disertai lumpur akibat pembukaan lahan hutan. Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko ini harus dibuatkan sumur resapan. (“Hutan Konservasi Diganti”, dalam Kompas, 6 Desember 2005: B)
Paragraf argumentatif (bahasa Latin: arguere: membuktikan, meyakinkan seseorang;argumentatio: pembuktian) adalah paragraf yang isinya meyakinkan pembaca dengan mengemukakan bukti-bukti konkret atau fakta-fakta yang konkret. Dengan menyampaikan bukti-bukti atau fakta sesuatu yang dikemukakan, diharapkan pembaca meyakini pernyataan penulis.
Perhatikan contoh paragraf di bawah ini!
Faktor genetik atau keturunan sangat mempengaruhi munculnya asma. Penelitian asma pada orang kembar menunjukkan kejadian asma pada orang kembar satu telur lebih tinggi daripada kembar dua telur. Tetapi, anak kembar dari satu telur tidak selalu keduanya menderita asma. Hal ini membuktikan bahwa faktor genetik atau keturunan merupakan faktor yang memudahkan munculnya asma. Namun, faktor lingkungan menentukan kapan dimulainya penyakit bermanifestasi klinis. (“Mengapa Terjadi Asma”, dalam Suara Merdeka, 10 September 2006: 24)
Paragraf persuasi (bahasa Latin: persuadere: meyakinkan seseorang; membujuk;persuatio: peyakinan; bujukan) adalah paragraf yang isinya mempengaruhi atau membujuk pembacanya untuk mengikuti apa yang disarankan oleh penulisnya. Untuk mempengaruhi pembacanya, biasanya penulis tidak cukup dengan mengemukakan bukti-bukti yang meyakinkan, tetapi juga menyampaikan saran atau ajakan untuk melakukan sesuatu. Biasanya saran atau ajakan tersebut disampaikan pada akhir paragraf atau akhir karangan. Contoh yang nyata adalah paragraf dalam suatu iklan sesuatu. Adapun kata-kata yang digunakan untuk membujuk atau menyarankan antara lain jangan lewatkan kesempatan, jangan salah pilih, pilihlah, gunakan, beli saja, dsb.
Perhatikan contoh paragraf di bawah ini!
Arashi hadir buat kamu yang ingin tampil beda dan lebih gaya. Desain aerodinamis dan sosok ramping bikin manuver Arashi lebih lincah. Mesin Suzuki 125 cc 4-tak bertenaga besar membuatnya lebih responsif. Arashi juga dilengkapi speedometer dan panel instrumen elektrik, bagasi luas, pengaman kunci, dll. Tersedia 2 tipe Arashi: kopling manual dan otomatis dalam berbagai pilihan warna yang stylish. (“Buat yang Berani Beda”, dalam Kompas, 19 April 2006: 13)
3.   Berdasarkan fungsinya dalam karangan, paragraf dibedakan atas:
a)      paragraf pembuka
b)     paragraf penghubung atau pengembang
c)      paragraf penutup.
Paragraf pembuka adalah paragraf dalam karangan tertentu yang berfungsi membuka atau mengawali pembahasan dalam karangan tersebut. Sepanjang apa pun karangan yang dibuat, paragraf pembukanya hanya satu saja. Begitu pun paragraf penutup, sepanjang apa pun  karangan yang dibuat, paragraf yang berfungsi menutup atau mengakhiri pembahasan dalam karangan tersebut hanya satu saja. Adapun semua paragraf yang terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup, yang jumlahnya tidak tertentu, disebut paragraf penghubung atau paragraf pengembang karena fungsinya mengembangkan gagasan dalam pembahasan persoalan dalam karangan itu.


2.5 Syarat-Syarat Paragraf
Paragraf yang efektif memenuhi dua syarat, yaitu: (1) adanya kesatuan makna (koherensi), (2) adanya kesatuan bentuk (kohesi), dan hanya memiliki satu pikiran utama.
1.   Kesatuan Makna (Koherensi)
Sebuah paragraf dikatakan mengandung kesatuan makna jika seluruh kalimat dalam paragraf itu hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik, atau satu masalah saja. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.
Perhatikan paragraf di bawah ini!
Sekitar 60 hektare tanaman padi di Desa Wates, Kecamatan Undaan, dan di Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, serta sekitar 100 hektare di Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, diserang hama keong mas. Agar serangan keong mas tidak meluas, Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Kudus Budi Santoso dan Kepala Dinas Peternakan dan Pertanian Kabupaten Pati Pujo Winarno, Selasa (18/4), meminta agar petani melakukan antisipasi lebih dini. Pujo Winarno, (di depan) petani di Desa Baleadi, Kecamatan Sukolilo, menyatakan ada sejumlah peternak mau membeli keong mas untuk dijadikan pakan itik.
Jika paragraf di atas kita cermati, nyatalah bahwa paragraf di atas membicarakan satu topik saja, yaitu serangan keong mas. Kalimat pertama membicarakan serangan keong mas pada tanaman padi di tiga kecamatan dalam dua daerah kabupaten di Jawa Tengah. Kalimat kedua membicarakan langkah pencegahan peluasan serangan hama keong mas. Kalimat ketiga membicarakan adanya peternak yang mau membeli keong mas.



2.   Kesatuan Bentuk (Kohesi)
Kesatuan bentuk paragraf atau kohensi terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus, lancar, dan logis. Koherensi itu dapat dibentuk dengan cara repetisi, penggunaan kata ganti, penggunaan kata sambung atau frasa penghubung antarkalimat.
Perhatikan sekali lagi paragraf di bawah ini!
Sampah yang setiap hari kita buang sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sampah organik, dan sampah anorganik. Sampah organik adalahsampah yang mudah membusuk. Contohnya, sisa makanan dan daun-daunan yang umumnya basah. Sampah anorganik adalah adalah sampah yang sulit atau tidak dapat membusuk. Contohnya, plastik, kaca, kain, karet, dan lain-lainnya.
Pengulangan atau repetisi kata kunci sampah, sampah organik, dan sampah anorganik membuat kalimat-kalimat dalam paragraf itu jalin-menjalin menjadi satu kesatuan paragraf yang padu. Penggunaan kata ganti -nya yang mengacu kepadasampah organik dan sampah anorganik selain menjalin kepaduan juga membuat variasi penggunaan kata untuk menghindarkan kebosanan pembacanya (Bandingkan jika kata ganti -nya dikembalikan ke kata acuannya, yaitu sampah organik dansampah anorganik).
Dalam penggunaan repetisi nama orang hendaknya dibuatkan variasinya dengan kata ganti, frasa, atau idiom yang merujuk ke pengertian yang sama untuk menghilangkan pembacanya.






Perhatikan contoh penggunaan repetisi yang variatif dalam paragraf berikut ini!
Salah satu presiden yang unik dan nyentrik di dunia ini adalah Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Beliau dapat terpilih menjadi presiden walaupun mempunyai penglihatan yang tidak sempurna, bahkan dapat dikatakan nyaris buta.Presiden ke-4 Republik Indonesia ini di awal masa jabatannya terlalu sering melakukan kunjungan ke luar negeri sehingga mengundang kritik pedas terutama dari lawan politiknya. Kiai dari Jawa Timur tersebut juga sering  mengeluarkan pernyataan yang kontroversial dan inkonsisten. Akibatnya, dia sering diminta untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Namun, mantan ketua PBNU itu tetap tetap pada prinsipnya dan tidak bergeming menghadapi semua itu (Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Insan Mulia), hal.154).
Dalam paragraf di atas, Presiden Abdurrahman Wahid digantikan dengan Gus Dur;Presiden ke-4 Republik IndonesiaKyai dari Jawa Timurdiamantan ketua PBNU. Selain penggunaan kata gantinya, dalam paragraf di atas digunakan kata sambungbahkan dan kata kata penghubung antarkalimat akibatnya dan namun.
3. Hanya Memiliki Satu Pikiran Utama
Paragraf yang baik harus hanya memiliki satu pikiran utama atau gagasan pokok. Jika dalam satu paragraf terdapat dua atau lebih pikiran utama, paragraf tersebut tidak efektif. Paragraf tersebut harus dipecah agar tetap memiliki hanya satu pikiran utama. Satu pikiran utama itu didukung oleh pikiran-pikran penjelas. Pikiran-pikiran penjelas ini lazimnya terwujud dalam bentuk kalimat-kalimat penjelas yang tentu harus selalu mengacu pada pikiran utama.





BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Paragraf  yaitu suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide.
2. Manfaat paragraf  yaitu bagi penulis paragraf dapat dijadikan alat untuk menjelaskan kepada pembaca tentang maksud dari ide pokok yang akan di utarakan. Bagi pembaca paragraf dapat dijadikan alat untuk menggali informasi lebih dalam suatu ide pokok.
3. Struktur paragraf dibedakan menjadi 2, yaitu berdasarkan jenis (naratif, deskriptif, argumentatif, ekspositoris, persuatif) dan letaknya (deduktif, induktif, campuran).
4. Macam-macam paragraf  yaitu posisi kalimat topiknya, isinya, dan fungsinya dalam karangan.
5. Syarat-syarat paragraf adalah adanya kesatuan makna (koherensi), adanya kesatuan bentuk (kohesi), dan hanya memiliki satu pikiran utama.
3.2 Saran
Agar sebuah paragraf dapat tersusun dengan baik dan sesuai EYD diperlukan sebuah ketelitian dan pengelolaan kata yang tepat. Menyusun sebuah paragraf harus seefektif mungkin dan dapat menyampaikan ide pokok secara jelas sehingga mudah dipahami.



DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1997. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf,Gorys. 1980. Bahasa dan Sastra Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah
Muliono, Anton M. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Rani, Supratman Abdul. 1996. Ikhtisar Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "MAKALAH Paragraf"

Posting Komentar